JAKARTA, WB – Pendidikan memiliki peran penting dalam membangun peradaban bangsa. Pendidikan dimaksud tidak hanya mengacu pada pola pendidikan formal (sekolah), melainkan diletakkan dalam kerangka kegiatan positif (non-formal), diantaranya melalui kegiatan kesenian yang dikembangkan di berbagai sanggar.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. Muhajir Effendy, M.A.P, mengaku bangga melihat Drama Tari Kolosal “Indonesia Jaya” yang digelar usai upacara kenegaraan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Ke-72 Republik Indonesia, di depan Istana Negara, Jakarta, Kamis (17/08/2017).
“Bangsa kita dikaruniai Tuhan potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif yang jumlahnya luar biasa. Ini menjadi bonus demografi yang sangat berharga. Peran strategis pembangunan di bidang pendidikan ini sangat penting. Salah satunya dapat dikembangkan melalui kesenian. Tentu kita bangga melihat anak-anak remaja luar biasa yang baru saja menampilkan kreasinya,” sambut Menteri, yang hadir di Istana Negara.
Drama Tari Kolosal “Indonesia Jaya” ini terselenggara atas prakarsa Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Yayasan Swargaloka Jakarta. Disutradarai seniman remaja Bathara Saverigadi Dewandoro. Melibatkan tak kurang dari 250 penari remaja.
Mereka adalah para remaja penggiat seni yang tergabung di Swargaloka School Of Dance, Sanggar Tari Selendang Merah, Diklat Tari Anjungan Lampung TMII, Sanggar Seni Bestha, Diklat Tari Anjungan Jawa Timur TMII, Sanggar Tari Limpapeh Anjungan Sumatera Barat TMII, Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta, serta para pelajar dari SMU Negeri 113 Jakarta Timur, dan SMP Negeri 259 Jakarta Timur.
“Ini untuk pertama kalinya saya menyutradarai dan menata tari pagelaran kolosal dengan 250 penari. Dibantu Penata Tari lainnya; Yani Wulandari, Chikal Mutiara Diar, Denta Sepdwiansyah Pinandito, Tatik Pratiwi dan Jingga Aura. Kami bekerjasama mengatur pola lantai para penari,” terang koreografer muda Bathara Saverigadi Dewandoro, penyandang gelar Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai koreografer kelas dunia termuda berbasis seni tari tradisi.
Gagasan `Indonesia Jaya,` menurut Bathara, adalah representasi menyikapi berbagai perbedaan. Setiap perbedaan, kata dia, selalu ada kebijaksanaan. Nilai-nilai itulah yang seharusnya lebih dikedepankan dalam berbangsa dan bernegara. Segala bentuk perbedaan itu menurutnya, harus terbingkai dalam filosofi Bhinneka Tunggal Ika.
Nilai-nilai kebangsaan ini kemudian dikemas seniman muda kelahiran Bantul Yogyakarta, 7 Februari 1997 ini, dalam seni pertunjukan bertajuk `Indonesia Jaya.` Drama Tari Kolosal berdurasi 15 menit tersebut, mendeskriptifkan tentang pentingnya sikap inklusivisme kebangsaan. `Indonesia Jaya` ujar Bathara, adalah momentum bagi siapa saja untuk mengambil pelajaran terbaik.
“Agar situasi tidak semakin larung dalam atmosfer yang kontraproduktif, semua pihak perlu menahan diri. Negeri ini harus diruwat atas nama kebersamaan dan dirawat atas nama kebangsaan. Sebab, sesungguhnya Indonesia adalah kita, bersatu dalam perbedaan,” ujar Bathara, yang baru saja kembali dari New Zealand dalam rangka mengikuti program misi kesenian `56 Pegiat Budaya` yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Puluhan karya repertoar tari dilewatinya, baik di dalam negeri maupun di mancanegara. Bathara juga telah menciptakan beberapa karya tari yang mengantarkannya mendapat sejumlah penghargaan. Diantaranya; Juara 1 Lomba Tari Kreasi Pesta Seni Pelajar Tingkat DKI Jakarta 2011 yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DKI Jakarta, Juara 1 Lomba Tari Kreasi Se-Jabodetabek – Festival Selaras Pinang 2012.
Bathara menerima penghargaan sebagai Penata Tari Terbaik dari Himpunan Seni Budaya Bangsa Indonesia (HISBI) 2012, atas karyanya berjudul “Tekad,” dan Juara 1 Lomba Tari Kreasi Kelompok Nasional, yang diselenggarakan Universitas Indonesia dalam rangka 7th NFF National Folklore Festival 2013. Atas berbagai karya dan kiprahnya, Bathara juga menerima Anugerah Kebudayaan sebagai Remaja Berprestasi Tingkat Nasional Tahun 2015, dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. []