WARTABUANA – Pendiri perusahaan pesawat luar angkasa Space-X, Elon Musk, menilai bahwa robot yang memiliki tingkat kecerdasan buatan (AI) adalah hal buruk yang sama berbahayanya dengan senjata nuklir.
Atas dasar kekhawatiran tersebut, Elon Musk melalui beberapa ilmuwannya merencanakan untuk menerapkan agama kapada robot tersebut.
Menurut John Messerly dari Institute for Ethics and Emerging Technologies, manusia bisa memprogram robot dan AI untuk mempercayai apa saja, termasuk agama. Dengan begitu, robot memiliki `batasan` positif dalam beroperasi dan akhirnya bisa mencegah mereka berbuat negatif bagi manusia.
Senada dengan John, Lincoln Canon selaku presiden dari Mormon Transhumanist Association mengatakan tidak ada hukum dalam ilmu komputer yang membuat manusia tidak bisa memberikan agama bagi robot.
“Tentu saja ada beberapa pihak yang mengatakan robot tidak cocok dengan agama. Tetapi, hal itu (robot beragama) jauh dari kata mustahil,” kata Dylan.
Bahkan, Marvin Minsky, profesor ahli robot dan AI dari MIT mengatakan bila robot sama dengan manusia. Mereka membutuhkan agama jika sudah berkembang pesat nantinya.
“Jika Anda meninggalkan sebuah robot atau sebuah komunitas, mereka akan mencoba untuk mencari tahu dari mana mereka berasal dan apa mereka sebenarnya. Mereka akan membentuk etika dan akhirnya, agama,” jelas Marvin.
Akan tetapi, robot yang beragama pun menimbulkan rasa khawatir dari kalangan ahli. Sebab, selain bisa menjadi benda buatan manusia yang sempurna, robot beragama juga bisa menggunakan agama untuk menancapkan kekuasaan pada manusia.
Kekhawatiran juga diungkapkan oleh pakar teologi Kristen, James McGrath dalam essai-nya yang berjudul `Robots, Rights, and Religion`. James khawatir bila robot bisa memaksakan ajaran agama pada manusia nantinya.[]