oleh : Xinhua Yao Yuan dan Zhao Peiran
KUNMING – Kawanan gajah Asia liar saat ini tengah berjalan mendekati Kunming, ibu kota Provinsi Yunnan, setelah merusak ladang tanaman dan berkeliaran di jalan-jalan yang telah dievakuasi dalam perjalanan sejauh 500 km.
Tidak ada yang tahu pasti mengapa 15 ekor gajah tersebut melakukan perjalanan jauh dari hutan asalnya di Prefektur Otonom Etnis Dai Xishuangbanna di Yunnan, namun pihak berwenang telah memobilisasi ribuan orang untuk memantau migrasi satwa tersebut, menghentikan lalu lintas di jalan yang mereka lewati, dan menggunakan makanan untuk memancing mereka menjauh dari permukiman manusia.
Biro Kehutanan dan Padang Rumput Provinsi Yunnan mengatakan pada Selasa (1/6) bahwa kawanan gajah itu berada di Kota Yuxi, yang berjarak hanya 20 km dari Kunming, kota berpenduduk 7 juta jiwa.
Biro tersebut telah mengingatkan pemerintah Kunming untuk mengeluarkan peringatan tepat waktu dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang komprehensif. Kota tersebut telah mengirim staf ke Yuxi guna mempelajari tindakan pemantauan dan intervensi.
Foto-foto pemantauan menunjukkan kawanan tersebut terdiri dari enam gajah betina dewasa, tiga gajah jantan dewasa, tiga gajah subdewasa, dan tiga anak gajah.
KE MANA TUJUAN MEREKA?
Awalnya, terdapat 16 ekor gajah dalam kawanan tersebut, yang meninggalkan cagar alam mereka pada tahun lalu dan berkeliaran di wilayah terdekat yang berada dalam yurisdiksi Kota Pu’er. Satu gajah dewasa keluar dari kawanan dan dua ekor gajah lahir dalam perjalanan, menurut Administrasi Kehutanan dan Padang Rumput Nasional.
Pada April lalu, para pejabat bersiaga setelah kawanan 17 ekor gajah itu berbelok ke utara menuju wilayah Yuanjiang yang berada dalam yurisdiksi Kota Yuxi. Dua gajah dewasa lainnya meninggalkan kawanan tersebut dan kembali ke tempat asal mereka, sementara yang lainnya melanjutkan perjalanan ke utara.
Pada 27 Mei malam, kawanan satwa raksasa tersebut tiba di wilayah Eshan dan berkeliaran di jalan-jalan selama enam jam. Pihak berwenang lantas mengevakuasi para pejalan kaki dan kendaraan serta memperingatkan penduduk agar tetap berada di dalam rumah.
Pada Senin (31/5), mamalia yang terancam punah tersebut terlihat di Distrik Hongta, wilayah Yuxi. Pihak berwenang setempat mendirikan sebuah pusat komando di lokasi guna memantau pergerakan hewan tersebut secara nonstop dan mencegah mereka memasuki daerah padat penduduk dengan membuat penghalang dan menggunakan makanan sebagai umpan.
Lebih dari 360 orang, 76 mobil polisi, dan truk jungkit serta sembilan drone dikerahkan, dan 18 ton makanan gajah telah disiapkan, menurut pusat komando tersebut.
Sejauh ini, tidak ada laporan korban yang diakibatkan oleh kawanan gajah tersebut.
Chen Mingyong, seorang pakar gajah Asia dari Universitas Yunnan, mengatakan ini pertama kalinya China mencatat migrasi gajah liar jarak jauh ke utara.
“Migrasi gajah Asia biasa terjadi, namun biasanya terjadi di antara beberapa habitat di daerah tertentu. Sangat jarang mereka melakukan perjalanan sejauh itu ke utara,” kata Chen.
“Kami tidak tahu ke mana tujuan mereka,” katanya, seraya mengatakan bahwa migrasi itu mungkin bahkan tidak memiliki tujuan. “Ada kemungkinan bahwa ketua kawanan gajah itu tidak memiliki pengalaman dan membawa seluruh kelompok tersebut tersesat.”
Sejauh ini, hewan-hewan besar tersebut telah membuat kekacauan dalam 412 kasus, merusak 56 hektare lahan pertanian di wilayah Yuanjiang dan Shiping saja, menimbulkan kerugian ekonomi langsung senilai sekitar 6,8 juta yuan (1 yuan = Rp2.237).
KONFLIK GAJAH-MANUSIA
Gajah Asia berada di bawah perlindungan negara tingkat A di China dan sebagian besar dari mereka ditemukan di Yunnan. Berkat perlindungan yang ditingkatkan, populasi gajah liar di provinsi tersebut berkembang menjadi sekitar 300 ekor, naik dari 193 ekor gajah pada tahun 1980-an.
Namun, meningkatnya kelebatan hutan, hasil lain dari pemulihan lingkungan, mengurangi pasokan makanan untuk gajah dan semakin mendorong mereka keluar dari habitatnya untuk mencari makanan.
Gajah liar pada umumnya memakan tumbuhan bawah seperti pisang liar, yang secara bertahap digantikan oleh tumbuhan berkayu yang tidak dapat dimakan di tengah perluasan hutan, kata Xiang Ruwu, seorang pejabat satwa liar di biro tersebut.
Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak laporan mengenai gajah liar yang berkeliaran di desa-desa dan merusak tanaman pertanian.
Dikenal sebagai “kerajaan satwa liar”, Provinsi Yunnan telah mengambil langkah-langkah untuk meredakan konflik antara manusia dan gajah, termasuk menyisihkan lahan untuk ditanami makanan favorit gajah, mengganti kerugian penduduk desa terkait perusakan oleh satwa liar, serta menyiapkan sistem peringatan.
Kendati demikian, upaya untuk menangani “tur gajah” terbaru ini terbukti sangat menantang.
“Bagi 15 ekor gajah tersebut, yang bisa kami lakukan saat ini adalah mengeluarkan peringatan dini dan mengevakuasi penduduk secara tepat waktu guna meminimalkan kerugian,” kata Chen, seraya menambahkan bahwa kawanan gajah tersebut menunjukkan tanda-tanda bergerak lebih jauh ke utara, sehingga dibutuhkan pembelajaran dan pemantauan secara berkelanjutan.
(Reporter video: Sun Min, Zhao Peiran, dan Hu Chao; Editor video: Peng Ying)