BERLIN – Eropa sedang menuju musim dingin yang berat saat gangguan baru terkait pasokan gas alam dari Rusia memperburuk krisis energi dan krisis biaya hidup di benua tersebut.
Produsen gas terbesar Rusia Gazprom pada awal bulan ini mengumumkan bahwa pihaknya telah menghentikan pasokan gas melalui jalur pipa Nord Stream I untuk jangka waktu yang tidak ditentukan akibat kerusakan pada unit kompresor.
Analis mengatakan penghentian gas dari Rusia kemungkinan akan memperburuk krisis energi Eropa dan memicu kenaikan harga bahan bakar lebih lanjut, meningkatkan inflasi dan berdampak pada mata pencaharian.
Beberapa bisnis di Eropa merasakan dampak negatif dari krisis energi.
KLAUS RUDOLPH, Pemilik restoran di Lubmin:
“Harga gas tiga kali lipat dari sebelumnya, setidaknya tiga kali lipat. Ini masih belum jelas, tetapi itulah yang kami semua khawatirkan. Saya membayar biaya tambahan untuk pemanas dan gas sekitar 300 euro (1 euro = Rp14.801), yang akan menjadi hampir 1.000 euro untuk tiga bulan. Dan saya berbicara tentang musim dingin yang relatif hangat, bukan musim dingin yang benar-benar dingin.
Kemarin, saya mendapatkan informasi tentang harga gas terbaru, tetapi harga listrik masih belum jelas. Karena unit pengukur yang berbeda, masih sulit untuk mengatakan harga totalnya. Namun, kenaikan harga pasti terjadi, tidak diragukan lagi. Pemasok saya menaikkan harga sebesar 19 persen pada kuartal terakhir.
Bagaimana saya dapat menghindari kenaikan harga ini? Kenaikan harga dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik. Benar-benar sulit. Selisih antara pendapatan dan pengeluaran menjadi terlalu besar, dan itu tidak dapat selaras.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Berlin. (XHTV)