CHANGSHA, Jembatan Aizhai, yang dibuka untuk lalu lintas 10 tahun lalu di Provinsi Hunan, China tengah, telah mendorong pariwisata dan meningkatkan pendapatan warga desa setempat.
Terletak di Kota Jishou di Prefektur Otonom Etnis Tujia dan Miao Xiangxi, Jembatan Aizhai yang merentang di atas Ngarai Dehang itu dibangun sebagai bagian dari jalan bebas hambatan dari Kota Chongqing di China barat daya ke Changsha, ibu kota Hunan. Jembatan ini telah sangat meningkatkan transportasi antara kedua kota tersebut.
Dengan bentang utama sepanjang 1.176 meter dan dibangun pada ketinggian 355 meter dari dasar lembah, Jembatan Aizhai menjadi preseden dalam sejarah pembangunan jembatan di China, kata Su Qiaojiang, salah satu insinyur jembatan tersebut yang bekerja di Hunan Road and Bridge Construction Group Co., Ltd.
Dimulai pada Oktober 2007, tim konstruksi membutuhkan waktu lima tahun untuk membangun jembatan itu, menghadapi berbagai tantangan seperti kondisi geografis yang rumit dan kurangnya sumber daya, kenang Su.
Otoritas daerah dan penduduk di desa-desa kelompok etnis minoritas di sekitarnya telah menjajaki cara untuk memadukan keunggulan pariwisata dan transportasi berkat jembatan tersebut dengan upaya pengentasan kemiskinan tertarget.
Selama bertahun-tahun, infrastruktur telah mengalami peningkatan yang signifikan, wisatawan datang berbondong-bondong, dan produk daerah menjadi sangat populer.
Meningkatnya peluang telah mendorong penduduk setempat yang bekerja di perantauan untuk pulang ke kampung halaman mereka. Salah satunya adalah Yang Meikai, seorang wanita berusia 31 tahun.
Yang lahir di Desa Jiating di Aizhai. Desa tersebut merupakan sebuah desa kelompok etnis Miao yang sebelumnya miskin dan terletak di Ngarai Dehang. Dulu, Yang biasanya harus menyusuri jalan setapak yang terjal selama hampir tiga jam untuk keluar dari desa tersebut. Untungnya, dia berhasil menyelesaikan studinya di sebuah perguruan tinggi di Jishou.
Dengan meningkatnya jumlah wisatawan, rumah-rumah tangga di Desa Jiating menyambut berbagai peluang bisnis yang berkembang. Pada 2018, Yang membuka restoran bergaya pedesaan di desa tersebut, dan kemudian membuka bengkel kerja bersama penduduk desa setempat untuk menenun pakaian khas Miao.
“Dengan menjual pakaian bergaya Miao yang dijahit sendiri dan juga berbagai produk pertanian lainnya, saya bisa mendapatkan lebih dari 10.000 yuan (1 yuan = Rp2.257) per bulan selama musim wisata, dan pendapatan tahunan sekitar 70.000 yuan,” kata Yang.
Selain menghasilkan pemasukan untuk dirinya sendiri, Yang juga membantu sesama warga desa meningkatkan taraf hidup mereka. Wanita itu mendirikan koperasi untuk membantu warga setempat menjual sayuran, buah-buahan, daun teh, dan kerajinan tangan melalui berbagai saluran penjualan, dengan pembagian keuntungan yang dapat meningkatkan pendapatan penduduk desa.