KUNMING, Terletak di lembah sungai yang sempit di salah satu wilayah paling terpencil di China barat daya, kelompok etnis Drung merupakan satu dari sedikit komunitas di negara tersebut yang bertransisi dari suku primitif ke kehidupan modern.
Dahulu tercatat sebagai salah satu kelompok termiskin di China, komunitas minoritas itu kini sudah tidak asing dengan panggilan video dan berselancar di dunia maya, yang seluruhnya di bawah cakupan teknologi 5G.
Pada 2018, penduduk Dulongjiang di Wilayah Otonom Etnis Drung-Nu Gongshan, tempat tinggal utama kelompok etnis Drung, mengucapkan selamat tinggal pada kemiskinan yang telah membelenggu mereka selama beberapa generasi. Komunitas tersebut memiliki dua alasan utama untuk bersukacita, yakni dibangunnya jalan raya baru yang melintasi pegunungan yang menjulang tinggi dan dibangunnya jaringan komunikasi untuk transmisi informasi yang cepat.
Dalam beberapa dasawarsa, China, yang terkenal dengan pembangunan infrastrukturnya, telah membangun berbagai utilitas publik untuk memelopori perjuangannya dalam melawan kemiskinan yang berkepanjangan.
Komitmen yang tak tergoyahkan dari negara itulah yang telah mengantarkan arus pengetahuan modern dan konsep pasar yang maju ke daerah pedesaan, menginspirasi penduduk setempat untuk bertransisi dari sekadar penghuni menjadi pelaku pasar aktif. Transformasi ini telah memainkan peranan penting dalam keterlibatan mereka di kampanye pengentasan kemiskinan China.
Foto dokumentasi yang diabadikan pada 11 April 2022 ini menunjukkan Li Wenshi sedang menunjukkan selimut tradisional di Desa Dizhengdang, Dulongjiang, Wilayah Otonom Etnis Drung-Nu Gongshan, Provinsi Yunnan, China barat daya. (Xinhua/Ji Zhepeng)
KERAJINAN KUNO JAJAKI PASAR MODERN
Di Desa Dizhengdang, Dulongjiang, yang terletak di Prefektur Otonom Etnis Lisu Nujiang, Li Wenshi, seorang wanita berusia 70-an tahun yang memiliki tato indigo khas etnisnya di wajahnya, bekerja dengan tekun di sebuah halaman tua. Dia dengan terampil menenun kain untuk selimut tradisional Drung, dengan benang katun berwarna cerah yang dengan cepat berubah menjadi kain dengan tangannya yang sudah keriput, membuat selimut itu terbentang seperti pelangi yang memesona.
Awalnya terbuat dari benang linen, selimut Drung umumnya digunakan sebagai pakaian di siang hari dan selimut di malam hari karena daya tahannya.
Di masa lalu, masyarakat Drung menjalani kehidupan penuh tantangan yang ditandai dengan transportasi setempat yang buruk dan pegunungan bersalju di musim dingin, yang membatasi sumber daya mereka. Akibatnya, mereka terpaksa membuat selimut sederhana dan kasar dalam kondisi yang sulit itu. Kerajinan tradisional pada masa itu kerap kali hanya memberikan kenyamanan minimum namun tidak memiliki daya tarik estetika.
Di masa mudanya, Li dapat melakukan perjalanan yang berlangsung selama lebih dari setengah bulan, menyusuri jalur kuda untuk mencapai pusat wilayah Gongshan di dekatnya. Di sana, dia bisa membeli puluhan pon kebutuhan sehari-hari dan benang katun berwarna cerah untuk digunakan dalam pembuatan selimut.
Foto dokumentasi dari udara yang diabadikan menggunakan drone pada 22 April 2022 ini menunjukkan pemandangan di sepanjang Sungai Dulongjiang di Provinsi Yunnan, China barat daya. (Xinhua/Ji Zhepeng)
Rampungnya terowongan utama di jalan raya Sungai Dulongjiang pada 2014 secara signifikan memangkas waktu perjalanan bagi masyarakat Drung, sehingga mereka dapat mencapai pusat wilayah itu dalam waktu hanya tiga jam.
Sejak saat itu, semakin banyak benang katun dan bola wol berwarna-warni masuk ke Dulongjiang yang terpencil, mengubah selimut etnis yang dahulu tidak dikenal menjadi cendera mata yang dihiasi dengan spektrum warna-warna cerah dan tekstur yang lebih lembut. Kini, melampaui peran tradisionalnya sebagai selimut, bahan-bahan itu dibuat menjadi tas ransel, syal, rompi, dan bahkan secara kreatif dipadukan dengan anting dan hiasan kepala, guna memenuhi permintaan para wisatawan yang terus berkembang.
Pengaruh pasar yang luar biasa menjadi kekuatan penting dalam perjuangan global melawan kemiskinan. Membangun lingkungan pasar yang kondusif untuk mengangkat kaum miskin menandai inovasi besar dalam pendekatan China terhadap pengentasan kemiskinan, dan terus memainkan peran penting dalam mengonsolidasikan pencapaian pemberantasan kemiskinan absolut serta dalam upaya revitalisasi pedesaan di negara tersebut.
Pasar yang inklusif dan tanpa batas, di mana penduduk miskin di pedesaan dapat meningkatkan pendapatan mereka secara langsung, dibangun di atas implementasi berkelanjutan dari pemerintah atas penyediaan barang publik dalam skala besar.
Untuk mengintegrasikan orang-orang yang dilanda kemiskinan ke dalam pasar, China telah mengalokasikan dana yang besar, sumber daya, dan program pelatihan yang komprehensif. Inisiatif-inisiatif tersebut dirancang dengan cermat guna membentuk kembali pola pikir individu yang memiliki kapasitas untuk bekerja, memfasilitasi transisi mereka dari sekadar individu menjadi “pelaku pasar” yang dilengkapi dengan pemahaman mendalam tentang pelanggan, dinamika layanan, dan seluk-beluk pasar.
Dulongjiang dahulu bergantung pada wilayah tetangga di Daerah Otonom Xizang untuk mendapatkan sinyal ponsel. Dulongjiang hanya dapat mengakomodasi sekitar 10 ponsel untuk melakukan panggilan secara bersamaan, menjadikannya sebagai tempat yang sulit mengakses informasi.
Dalam upaya menghubungkan penduduk setempat ke dunia yang lebih luas, China Mobile, raksasa telekomunikasi terkemuka di negara itu, mendirikan 68 stasiun pemancar atau base transceiver station(BTS) di Dulongjiang. Berkat proyek-proyek infrastruktur ini, hampir seluruh Dulongjiang kini tercakup jaringan 4G dan semua desa administratif di Dulongjiang memiliki akses tanpa hambatan ke sinyal 5G.
Foto dokumentasi yang diabadikan pada 22 Februari 2023 ini menunjukkan seorang penduduk desa dari kelompok etnis Drung menjual makanan khas setempat melalui livestreamingdi Dulongjiang, Wilayah Otonom Etnis Drung-Nu Gongshan, Provinsi Yunnan, China barat daya. (Xinhua)
Inisiatif-inisiatif ini tidak hanya mendorong lonjakan perdagangan elektronik (e-commerce), tetapi juga memicu lonjakan livestreaming di kota tersebut. Alhasil, hal ini menarik lebih banyak pihak luar yang ingin mengetahui tentang kelompok etnis setempat melalui video pendek dan platform livestreaming yang didukung oleh internet berkecepatan tinggi.
Sementara itu, integrasi teknologi baru dan model bisnis e-commercetelah menghasilkan proses transaksi yang terus dipermudah dan turunnya biaya transaksi. Hal ini telah meningkatkan secara signifikan daya jual faktor produksi di daerah-daerah yang dilanda kemiskinan, yang pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan pendapatan rumah tangga miskin.