KABUL – Sejak Taliban mengambil alih Afghanistan pada pertengahan Agustus, meningkatnya kemiskinan dan pengangguran di negara itu telah memicu menjamurnya bisnis perdagangan peralatan rumah tangga dan barang bekas.
Kesengsaraan ekonomi melanda negara miskin tersebut menyusul pembekuan aset bank sentral Afghanistan senilai lebih dari 9 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.155) oleh Amerika Serikat (AS), serta penghentian kucuran dana oleh Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.
Sejak akhir Agustus, ribuan warga Afghanistan telah mengantre panjang untuk menarik tabungan mereka. Bank sentral Afghanistan telah mengeluarkan perintah yang menetapkan batas sementara penarikan uang sebesar 200 dolar AS atau 20.000 afghani Afghanistan untuk satu pelanggan setiap pekan.
SAYED KHALID, Pemilik toko di Afghanistan : “Semakin banyak warga Afghanistan mengunjungi pasar khusus barang bekas. Sejumlah orang berupaya menjual barang-barang untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak, sementara beberapa orang berusaha menemukan barang murah yang mampu mereka beli.”
KAMALUDDIN, Pedagang : “Saya datang untuk membeli sesuatu, (harga) barang-barangnya cukup murah. Banyak orang kehilangan pekerjaan mereka setelah perubahan politik baru-baru ini. Mereka menjual peralatan rumah tangga sebelum meninggalkan negara ini untuk berimigrasi ke negara-negara tetangga, mereka pergi ke luar negeri.”
Data resmi menunjukkan bahwa sekitar 54,5 persen warga Afghanistan hidup di bawah garis kemiskinan pada 2019. Namun, angka itu melonjak hingga 72 persen pada 2020.
SEYED ABED, Warga Kabul : “Saya membawa beberapa peralatan rumah tangga saya untuk dijual dan mengatasi masalah keuangan saya. Saya meminta komunitas internasional untuk mengakui pemerintahan Afghanistan dan mengakhiri penderitaan rakyat Afghanistan. Ini harus diakhiri.”
Pada September, sebanyak 3,8 juta warga Afghanistan telah menerima bantuan pangan, sementara 450.000 warga mendapatkan layanan kesehatan yang disediakan oleh PBB dan lembaga donor lainnya.
Pada akhir pekan lalu, seorang delegasi Taliban mendesak pihak AS untuk mencabut pembekuan aset Afghanistan dalam pertemuan dengan sejumlah perwakilan AS di Doha, Qatar.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Kabul. (XHTV)