WARTABUANA – Buzkashi atau perebutan kambing adalah permainan tradisional yang keras di Afghanistan. Para penunggang kuda bersaing sengit untuk mengambil bangkai kambing dan melemparkannya ke “gawang” berupa sebuah lingkaran di lapangan.
Pahlawan (32) adalah seorang Buzkash atau perebut kambing terkenal di Kota Sheberghan, ibu kota Provinsi Jawzjan, Afghanistan utara. Dia memelihara 25 kuda untuk bertanding dalam pertandingan Buzkashi di Jawzjan dan provinsi tetangga Balkh, Faryab dan Sari Pul.
Pahlawan menyebut Buzkashi sebagai “permainan mahal”. Pasalnya, katanya lagi, memberi makan kuda setidaknya menelan biaya 30.000 afghani (10 afgani = Rp1.823) setiap bulan.
Di negara yang dilanda perang seperti Afghanistan di mana banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan, memelihara kuda dan bertanding Buzkashi itu terbilang mahal. Melestarikan tradisi yang baik seperti Buzkashi membutuhkan biaya.”
Harga kuda-kudanya berkisar antara 2.000 hingga 50.000 dolar AS (1 dolar = Rp14.128), kata Pahlawan. Bahkan orang kaya, lanjutnya, mengimpor kuda-kuda dari Kazakhstan dan Kyrgyzstan untuk mengikuti pertandingan Buzkashi.
Lebih dari 60 persen dari 39 juta penduduk Afghanistan hidup di bawah garis kemiskinan, menurut pejabat Afghanistan.
Terlepas dari kesukaannya pada Buzkashi dan dukungannya untuk berkuda, Pahlawan mengatakan Buzkashi adalah “bisnis nirlaba” yang membuang-buang uang dan tidak mendapatkan imbalan apa pun.
Sementara itu, Pahlawan mengatakan bahwa dalam permainan merebut kambing ini, seorang Buzkash yang “menunggang kuda milik Anda mendatangkan ketenaran untuk Anda”, menandai suatu kehormatan bagi pemilik kudanya.
Lima tahun lalu, Buzkashi atau perebutan kambing terdaftar di Komite Olimpiade Nasional Afghanistan. Sejak saat itu para penunggang kuda dan penggemar Buzkashi di negara Asia itu berusaha semaksimal mungkin untuk mempromosikan olahraga tradisional tersebut.
“Memiliki dan memelihara kuda serta bertanding dalam Buzkashi bukanlah bisnis orang biasa,” kata Mohammad Asif kepada Xinhua.
Menjadi salah satu dari 15 karyawan yang dipekerjakan di kandang kuda Pahlawan, Asif mengatakan bahwa dia membersihkan kandang dan merawat kuda setiap hari dengan upah 8.000 afghani per bulan.
“Memelihara kuda adalah bisnis tuan tanah dan orang kaya,” kata Asif, dan bahwa “Memelihara kuda, menunggang kuda, atau kebiasaan lain di waktu senggang bisa terasa menyenangkan di lingkungan yang damai dan sejahtera.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Kabul. (XHTV)