WARTABUANA – Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat Federasi Hockey Indonesia (FHI) Banteng Pringgondani membantah anggapan cabang olahraga (cabor) hockey hanya untuk kalangan menengah atas. Anggapan itu muncul karena masyarakat belum banyak mengenal hockey.
Hal itu disampaikan mantan atlet hockey nasional ini kepada sejumlah awak media di kawasan Kebayoran, Jakarta Selatan, Jumat (12/10/2018) untuk mensosialisaikan hockey agar lebih dikenal dan diminati masyarakat, terutama di daerah.
Sebagai orang yang hampir seumur hidupnya dicurahkan demi perkembangan hockey di Indonesia, Banteng Pringgondani bersama jajaran pengurus FHI memiliki banyak program pengembangan hockey di tanah air, salah satunya sosialisasi.
“Kami melakukan sosialiasi hockey ke sekolah-sekolah di daerah, mulai dari jenjang SD, SMP maupun SMA. Karena kami meyakini, olahraga itu akan berkembang jika dimulai dari usia dini,” ungkap pria kelahiran 30 Mei 1987 ini.
Menurut suami Trini Puspa Lestari yang juga atlet hockey ini, secara khusus FHI mentargetkan pengenalan dan pengembangan hockey di jenjang sekolah dasar. “Harapannya, ke depan nanti, banyak sekolah dasar yang ada hockey-nya. Karena saat ini, drai 17 provinsi yang memiliki kepengurusan hockey dari jenjang SD atau usia dini,” ujar staf ahli Wakil Ketua DPR RI.
Banteng Pringgondani yang akan ikut kontestasi Pemilihan Legislatif DPR RI 2019 melalui PDIP ini menyadari, salah satu kendala kurang populernya hockey di Indonesia, karena adanya stigma yang menyebut hockey adalah olahraga mahal.
“Tidak benar anggapan jika hockey adalah olahraga untuk kalangan orang mampu saja karena peralatannya yang mahal. Sebagai contoh, di badminton untuk raket yang bagus harganya minmal Rp 1,5 juta. Sementara, harga stik hockey, Rp 500 ribu sajka sudah bagus. Artinya, dibandingkan dari sisi alat, hockey lebih murah dibanding badminton,” paparnya.
Lebih jauh Banteng Pringgondani mengungkapkan, mungkin masyarakat menilai hockey sebagai olahraga mahal karena melihat, lapangannya karpetnya, stiknya kelihatan bagus dan mahal. “Jadi dari situ terstigma, kami ini cabang olahraga yang mahal,” tegasnya.
Namun faktanya menurut Banteng Pringgondani, di hockey banyak atlet dari kalangan menengah ke bawah. Karena jika mereka mampu berprestasi di tingkat SMA maupun perguruan tinggi, mereka akan mendapatkan beasiswa.
“Bagian dari sosialiasikan kami adalah menjelaskan bahwa hockey ini adalah olahraga yang terjangkau, namun faktanya, orang mau main tapi tidak punya peralatan, salah satu program kami dalam sosialisasi ke sekolah-sekolah kami juga menyumbang peralatan dan tenaga kepelatihan. Kegiatan ini sudah kami lakukan di beberapa daerah, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara,” jelas ayah dari tiga anak ini.
Menurutnya, bangsa Indonesia yang mempunyai jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia, sudah seharusnya kaya akan prestasi olahraga, tapi sayangnya prestasi olahraga Indonesia belum maksimal. Termasuk di cabang Hockey.
“Meskipun perhatian pemerintah sudah maksimal, namun sayangnya kualitas sumber daya manusia kita masih kurang, tapi kami tak menyerah, kami akan terus memperkenalkan olahraga hockey ini secara maksimal, kepada masyarakat sejak usia dini,” katanya.
Hockey bagi Banteng Pringgondani sudah mendarah daging, sejak kecil ia sudah diperkenalkan oleh kedua orangtuanya yang merupakan atlet olahraga hoki. “Olahraga ini sudah mendarah daging dalam diri saya dan rasa sulit untuk memisah saya dengan olahraga ini, saya mulai bermain saat masih berusia balita dan mulai menekuni olahraga hoki sejak kelas 1 sekolah menengah atas,” cerita Banteng Pringgondani.
Banteng Pringgondani berharap olahraga ini bisa menjadi salahsatu cabang olahraga yang menjadi kebanggaan bangsa untuk menggemakan lagu kebangsaan Indonesai Raya berkumandang di berbagai kompetisi dunia.
Banteng Pringgodani mulai dikenal secara nasional sejak kelas 2 SMA ketika mampu memecahkan rekor gol tercepat (7 detik) pada Kompetisi Antar Club Hockey DKI Jakarta pada tahun 1997. Dan pernah memimpin dua klub hoki di Jakarta dan pernah sukses menggelar Liga Hoki Mahasiswa Piala Presiden RI Megawati Soekarnoputri pada tahun 2003.
Kemudian mulai dipercaya menjadi Wakil Ketua Bidang Organisasi Pengda DKI Jakarta Persatuan Hockey Seluruh Indonesia pada tahun 2006 dan kemudian naik menjadi Ketua Pengprov DKI Jakarta pada 2009. Hingga akhirnya dipercaya menjadi Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat Federasi Hockey Indonesia hingga sekarang. []