JAKARTA, WB – Wacana adanya koalisi besar antara Partai Gerindra dengan Partai Golkar terus menguat setelah kedua pimpinan tersebut melakukan pertemuan yang intensif dalam satu pekan ini.
Bahkan saat Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie alias Ical menemui Prabowo di kediamanya di Hambalang Bogor, Ical mengaku siap dicalonkan sebagai cawapres mendampingi Prabowo pada Pilpres, 9 Juli mendatang.
Jika hal itu terjadi, Pengamat politik dari Universitas Indonesia Ari Junaedi menilai keputusan Gerindra untuk mau meminang Ical sebagai cawapres adalah keputusan yang salah. Pasalnya, dikhawatirkan akan membuat elektabilitas Prabowo semakin rendah.
Terlebih menurut Ari, Ical masih dihantui kasus yang melibatkan perusahaan group Bakrie seperti Lapindo dan beberapa perusahaan tambangnya di Kalimantan yang dikabarkan bermasalah dengan pembayaran pajak.
“Ini kan beberapa kasus yang membuat elekktabilitas Ical jeblok. Jadi kalau Prabowo sampai salah memilih, itu sangat bahaya,” katanya saat dihubungi, Rabu (7/5/2014).
Ari menjelaskan, dalam ilmu politik perhitunganya berbeda dengan ilmu matematik. Jika Prabowo di gabungkan dengan Ical justru akan hasilnya akan minus. Karena keduanya juga disebut mempunyai kutub yang negatif. Prabowo sampai saat ini belum bisa dilepaskan dengan kasus HAM-nya.
Dengan demikian, Prabowo disarankan untuk memilih pendamping dari Golkar selain Ical untuk bisa mendongkrak eletabilitasnya mengalahkan Jokowi.
“Jika memilih kader Golkar yang tepat maka akan bisa membuat elektabilitas Prabowo meningkat,” katanya.
Hal sama disampaikan pengamat politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya. Ia mengatakan Prabowo-Ical adalah pasangan yang keliru. Karena keduanya masih sulit menghindari dari persepsi negatif yang sudah lama berkembangan di masyarakat.
“Pasangan Prabowo-Aburizal Bakrie berpotensi menjadi antiklimaks apabila tidak bisa menanggulangi beberapa persepsi negatif yang muncul,” kata Yunarto.
Lebih lanjut Yunarto mengatakan, jika hal itu benar terjadi, justru akan menguntungkan Jokowi. Karena Prabowo-Aburizal sama-sama sulit diterima publik secara luas dan mereka bukan kombinasi sosok yang sama-sama diidolakan oleh rakyat.[]