JAKARTA, WB – Pengamat politik dari Universitas Padjajaran (Unpad), Idil Akbar, berargumen bahwa keputusan Presiden Joko Widodo untuk melakukan perombakan kabinet (reshuffle) tidak lebih dari sekadar kompromi politik.
“Ini sebagai kompromi politik karena secara jelas menggambarkan kedekatan mereka pada elit partai atau tokoh. Seperti Darmin Nasution, kita tahu dia dekat dengan Megawati. Ada pula Pramono Anung,” papar Idil, Rabu (12/8/2015).
Ia juga mengatakan, masuknya sosok Rizal Ramli dan Sofyan Jalil dikenal cukup dekat dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Sementara Luhut Panjaitan menurutnya lebih pada akomodasi jasa politik yang turut membantu kemenangan Jokowi di pilpres 2014.
Dia juga tidak begitu yakin menteri baru mampu mengatasi persoalan. Khususnya yang menjadi sorotan adalah masalah perekonomian, terutama merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, dan harga daging yang meroket.
Persoalan anjloknya rupiah dicatat Idil akan menjadi ancaman ke depan jika menteri yang dipilih juga tak mampu mengatasi permasalahan saat ini yang terjadi.
“Kita akan lihat bagaimana respon pasar terhadap reshuffle ini sebab jika tak juga mampu mengatasi masalah yang terjadi saat ini maka saya kira gejolak politik tetap akan terus terjadi,” simpulnya.[]