JAKARTA, WB – Pegiat seni, tradisi, budaya, akademisi, aktivis dari berbagai kalangan menggalang sejuta tanda tangan untuk menyelamatkan sungai Cisadane. Penggalangan sejuta tanda tangan ini dilakukan untuk menyelamatkan sungai Cisadane yang dalam kondisi tercemar limbah, penuh sampah dan rusak parah.
Aksi bertajuk #saveourcisadane ini diinisiasi sejumlah pegiat seni budaya dari Komunitas Waroeng Budaya Pojok Nusantara, dan aktivis lingkungan dari Yayasan Peduli Lingkungan Hidup (Yapelh) dan Bank Sampah Sungai Cisadane (Banksasuci).
Aksi ini sendiri merupakan rangkaian program Pameran Lukisan dan Pergelaran Seni Budaya Nusantara yang digelar sejak 06 hingga 13 Februari 2016 di bantaran sungai, persisnya Bank Sampah Sungai Cisadane (Banksasuci), Jalan Chandra, Gang Muara, Panunggangan Barat, Cibodas, Kota Tangerang, Banten.
Penanggungjawab acara, Mas`ud Ibnu Syamsuri menjelaskan, aksi penggalangan sejuta tanda tangan #saveourcisadane sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian terhadap kondisi sungai Cisadane yang saat ini kondisinya penuh sampah, limbah dan rusak parah. “Kita prihatin, sungai Cisadane yang merupakan sumber kehidupan dan penghidupan, tapi malah dibiarkan tercemar dan rusak,” ujar Mas`ud melalui press release yang diterima redaksi Wartabuana.com, Jakarta, Minggu (14/2).
Aksi ini juga sebagai bentuk ajakan dan membangun kesadaran semua pihak supaya peduli terhadap lingkungan hidup, terutama sungai Cisadane.
“Kalau tidak diselamatkan, kita khawatir Cisadane kian rusak parah dan tercemar limbah. Sehingga akan berdampak negatif pada hajat hidup dan bencana lingkungan,” ungkapnya.
Aksi penggalangan sejuta tanda tangan #saveourcisadane sudah berlangsung selama sepekan, sejak 06 hingga 13 Februari 2016.
Penggalangan sejuta tanda tangan dilakukan di atas kain putih sepanjang 1 kilometer yang membentang di sepanjang bantaran sungai Cisadane.
“Sejak awal, aksi ini mendapat respon positif dari semua pihak. Tak hanya dari Tangerang Raya saja, bahkan dari propinsi lainnya seperti Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan hingga bahkan Ambon,” tuturnya.
Berbagai kalangan, dari birokrasi baik eksekutif, legislatif, aparat keamanan, akademisi, mahasiswa, aktivis, siswa, pegiat seni, budayawan, santri hingga ulama dan tokoh masyarakat antusias meneken di kain spanduk dengan spidol beraneka warna.
Disela sela tanda tangan, mereka juga menyelipkan pesan tentang pentingnya penyelamatan lingkungan dan sungai Cisadane. Uyus Setiabhakti, pegiat lingkungan dari Yayasan Peduli Lingkungan Hidup (Yapelh) bahkan mengancam akan menggelar aksi yang lebih besar jika instansi terkait, para pengusaha tidak menggubris dan abai dengan kerusakan Cisadane yang terjadi,” ujarnya.
Dia mengaku, selama ini dirinya bersama pegiat seni budaya dan aktivis lingkungan secara swadaya melakukan aksi penyelamatan terhadap Cisadane. Misalnya dengan membentuk Bank Sampah Sungai Cisadane (Banksasuci), yang selama ini konsen memunguti sampah sampah yang memenuhi sungai yang melintasi wilayah Bogor, Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang.
“Padahal kita sudah mulai dengan aksi yang nyata. Tapi mereka, instansi terkait dan pengusaha pabrik tetap saja bandel dan tidak peduli,” keluhnya.
Selain menggalang aksi sejuta tanda tangan #saveourcisadane di atas kain sepanjang 1 kilometer, berbagai program menarik dan unik tentang penyelamatan lingkungan juga bisa anda nikmati.
Ada Pameran Lukisan bertemakan lingkungan dan kearifan lokal karya pelukis Sithan Sale dan Febry Suwandito. Selain itu juga dipajang berbagai karya seni dari sampah dan barang bekas. Seperti busana dari bungkus permen, peralatan sekolah, celengan, robot sampah, hingga instalasi dari kayu sampah yang hanyut di Cisadane.
Dalam ajang itu, juga digelar lomba mancing sampah yang diikuti anak anak usia dini, remaja hingga dewasa. Sebagai pengenalan dan membangun kesadaran pentingnya menjaga kebersihan dan lingkungan.
Ada juga karya mural di dinding sepanjang 200 meter. Para pengunjung dan siapa saja juga bisa menuangkan curhatan dan menyoret-nyoret di dinding yang khusus disediakan.
Tak ketinggalan, para pengunjung juga dihibur dengan berbagai pergelaran seni, tradisi dan budaya nusantara. Ada tarian daerah, silat beksi, stand up commedy, puisi, dan lain-lain.
Bagi anak-anak juga bisa menikmati permainan tradisional, seperti engrang, hulahof, bakiyak, bekel, congklak.
Pengunjung juga bisa melihat satwa khas Cisadane, seperti biawak, ular, burung, beragam ikan seperti belida, tawes, kura-kura hingga musang. Satwa itu dalam masa karantina, dan bakal dilepas ke habitatnya.
Semakin asyik, para pengunjung juga bisa menyusuri sungai cisadane dengan getek dan perahu boat. Kian seru, dengan atraksi jet sky.
Pengunjung juga bisa beradu pendapat dan wacana dalam Focus Group Discussion (FGD) Merintis Rumah Peradaban. Kali ini tema khusus yang diangkat soal “Sungai: Peradaban Maritim Nusantara yang Terpinggirkan”. Pembicaranya, Ridwan Saidi, sejarawan dan Budayawan, Tubagus Najib dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Arkenas), sejumlah akademisi dan para aktivis dan jurnalis.
Dipamerkan juga berbagai jajanan khas tradisional, seperti uli ketan, lepet, onde-onde, bir pletok, bajigur, dan wedang ronde. Berbagai jenis kudapan pun tersaji, sayur pecak gabus, sayur besan, beragam soto, rawon, hingga lalapan.
Di akhir program acara yang kali pertama di pinggir kali ini, digelar juga prosesi tabur bunga di cisadane dan aksi penanaman pohon. Aksi ini dilakukan oleh pelaku dan pegiat seni, tradisi, budaya, akademisi, Ormas, OKP, sanggar, paguyuban, aktivis dan jurnalis.
Malam hari dan bertepatan dengan Valentine Day disampaikan tausiyah dari Kyai Nauval Makmun. Uniknya, jamaah yang hadir dari berbagai kalangan. Mulai dari pegiat seni, tradisi, budaya, akademisi, ormas, OKP, hingga musisi. Selain itu juga ada dari mania reggae, pop, rock, dan lain-lain. []