WARTABUANA – Karena dianggap mengeluarkan pernyataan yang salah dan menyesatkan, seorang investor Twitter menuntut perusahaan media sosial. Pernyataan ini dikeluarkan oleh Twitter di awal tahun lalu, sebelum sahamnya turun secara berkelanjutan.
Mantan CEO Twitter Dick Costolo dan CFO Twitter saat ini, Anthony Noto merupakan dua orang yang dituntut secara spesifik dalam tuntutan yang dimasukkan ke dalam Pengadilan Distrik California Utara pada hari Jumat lalu.
Sang penuntut, Doris Shenwick, memiliki saham di Twitter. Dia mengklaim bahwa Costolo dan Noto membuat pernyataan salah yang membuat saham Twitter menjadi naik untuk sementara selama periode Q4 2014 hingga Q2 2015.
Inilah rangkuman dari tuntutan dari pertumbuhan pengguna yang tidak besar, yaitu 4 juta pengguna baru. Kemudian, para eksekutif Twitter berkata, mereka yakin bahwa pertumbuhan pengguna akan membaik dan akan menyamai pertumbuhan pengguna di tahun 2014. Ketika itu, pertumbuhan pengguna Twitter mencapai rata-rata 14 juta orang per kuartal.
Sayangnya, perkiraaan itu tidak pernah menjadi nyata. Saham Twitter, yang dihargai USD48.01 setelah pernyataan itu dibuat, telah turun sebesar lebih dari 60 persen sejak saat itu. Karena itulah, Shenwick merasa bahwa para eksekutif Twitter telah menipunya. Dia ingin mereka membayar kerugian yang dia derita.
Sayangnya, masih belum diketahui apakah Shenwick memiliki kesempatan untuk memenangkan kasus ini. Salah satu landasan tuntutan Shenwick adalah Securities and Exchange Commission Act tahun 1934 tentang kewajiban untuk bertanggung jawab karena membuat pernyataan yang salah atau menghindari pernyataan tertentu, atau pernyataan yang menurut para investor penting untuk membuat keputusan untuk menjual atau membeli saham yang mereka punya.
Masih belum jelas berapa banyak saham yang Shenwick miliki atau apakah investor Twitter lainnya juga akan ikut serta dalam penggugatan ini. Baik Twitter maupun Costolo tidak menjawab saat diminta untuk berkomentar.[]