JAKARTA, WB – Anggota Komisi VII DPR-RI, Kurtubi menyambut baik usulan yang ditujukan oleh Tim Reformasi Tata Kelola Migas terkait peniadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) RON 88.
Menurut Kurtubi,usulan yang diajukan Tim Reformasi Migas sebagai jalan agar Indonesia tidak lagi bergantung dengan negara lain dalam memperoleh pasokan BBM.
“Di Asia Tenggara tidak ada lagi yang mengimpor RON 88. Kita bisa saja dimainkan terus oleh mafia kalau begitu,” papaar Kurtubi, Senin (29/12/2014).
Politisi dari fraksi Nasdem ini menambahkan, sudah sejak lama Indonesia dipermainkan soal impor produk BBM. Namun, ia menyadari kebijakan tersebut tak bisa dilakukan secara terburu-buru karena penghapusan BBM RON 88 dan mengubahnya menjadi RON 92 pastinya membutuhkan dukungan dari pemerintah.
“Kilang minyak nasional saat ini hanya mampu memproduksi BBM RON 88. Sementara, kapasitas dalam memproduksi BBM RON 92 hanya sekitar 200 ribu barel per bulannya. Jadi tidak bisa secara cepat mengganti Premium ke Pertamax,” jelas dia.
Ia pun menilai jika BBM RON 88 langsung dihentikan, maka Pertamina pun akan kebingungan mengenai hasil produksi yang telah dihasilkan melalui pengolahan di kilang.
“Kalau langsung berhenti ya nggak bisa. Nanti produksinya mau dikemanakan. Kebijakan pengalihan ini memang harus dilakukan secara bertahap,” Tandas Kurtubi[]