JAKARTA, WB – Merayakan hari jadinya yang ke-63, Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memiliki sejarah tersendiri didalam keberadaanya sebagai satuan elite pengaman negara.
Kopassus termasuk lima Pasukan Khusus terbaik di dunia yang memiliki ciri khas kemampuan khusus seperti gerak cepat disetiap medan, menembak tepat, pengintaian, perang hutan, buru senyap, survival, para dasar dan anti teror.
“Seiring dengan pergeseran ancaman yang dihadapi Pasukan Khusus Militer secara global, Kopassus kini dibawah kepemimpinan Mayjend Doni Monardo perlahan tapi pasti bermetamorfosa menjadi pasukan khusus yang meski pun tetap memiliki ketangkasan dan kehebatan militer khusus serta operasi Sandi Yudha tetapi lebih humanis dan strategis,” papar pengamat Militer dan Intelijen, Kertopati Susaningtyas, Senin (27/4/2015).
Wanita yang kerap disapa Nuning ini mengatakan, misi dan tugas Kopassus bersifat rahasia, jadi mayoritas kegiatan tugasnya tak pernah diketahui secara menyeluruh. Kopassus bertugas pokok membantu Kasad dalam membina fungsi dan kesiapan operasional Pasukan Khusus serta menyelenggarakan Operasi Komando, Operasi Sandi Yudha, Operasi Penanggulangan Teror dan Operasi Khusus lainnya terhadap sasaran strategis terpilih baik didalam maupun diluar wilayah yurisdiksi nasional Indonesia sesuai perintah Panglima TNI dalam rangka mendukung tugas pokok TNI.
“Bagi Kopassus tak punya musuh, musuhnya adalah musuh negara. Dalam peringatan HUT pd tgl 29 April Kopassus mengundang beberapa tokoh penting dari berbagai pihak yang di masa lalu. Rencananya tokoh mantan OPM Papua, dari Timor Leste ada ex Falintil, Pasukan Klandestein, Mahasiswa Timtim yang ada di Indonesia,” ujar Nuning.
Dikatakan Nuning, Kopassus bilapun ada gangguan nyata dan ancaman faktual yang dibunuh kemauan / hasrat perangnya dan ideologinya yang berbahaya bagi kedaulatan NKRI. Adalah suatu keniscayaan melibatkan masyarakat sebagai agen informal dalam early warning system atau early detection. Ini penting utamanya dalam penanganan terorisme.
“Hal itu menurut saya memang harus demikian karena terorisme atau hal sejenis tak mungkin berhenti bila ideologinya tak kita rubah dengan ideologi yang benar,” tambah Nuning
Ia melanjutkan, sebagai seorang pengamat, Nuning setuju dan mendukung ide cemerlang MJ Doni Monardo terkait seringnya gesekan di lapangan antar matra, menekankan agar prajurit menjaga silaturahmi dengan melakukan 3 S (senyum, sapa, salam). Dan bukan melakukan 3 M (melotot, marah, memukul).
“Ini sangat bermanfaat bagi soliditas pasukan serta baik bagi hubungan silaturahmi, utamanya dari matra TNI lain dan Polri serta komponen masyarakat, sehingga tak perlu lagi ada peristiwa semacam tragedi Cebongan di masa lalu.
Lebih jauh Nuning menambahkan, Kopassus sama sekali tidak bisa bergerak sendiri melakukan tugasnya. Kopassus tidak bisa bertempur atas inisiatif dan kehendaknya sendiri. Bahkan tidak bisa menentukan sendiri siapa musuhnya. Semuanya itu atas putusan resmi negara.
“Saya melihat Kopassus memang didesign sebagai Pasukan Khusus bukan Satuan Khusus, dilatih secara khusus untuk laksanakan operasi khusus pada satuan strategis yang terpilih,” tandas Nuning.[]