WARTABUANA – Seluruh warga di Inggris yang tinggal dengan anak-anak usia sekolah akan mendapat tes cepat (rapid test) COVID-19 sebanyak dua kali sepekan ketika kegiatan pembelajaran tatap muka dimulai kembali, demikian disampaikan otoritas kesehatan Inggris pada Minggu (28/2).
Langkah-langkah baru ini berlaku bagi semua orang di rumah tangga atau kelompok pendukung (support bubble) yang memiliki anak kecil atau remaja yang hendak mengikuti kembali pembelajaran tatap muka di perguruan tinggi, sekolah dasar, atau menengah di Inggris pada 8 Maret mendatang, menurut Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial Inggris.
“Tes terhadap anggota keluarga akan memberikan lapisan jaminan tambahan bagi para orang tua dan staf pendidikan bahwa sekolah sangat aman, meningkatkan secara masif pengujian (COVID-19) untuk siswa sekolah menengah dan perguruan tinggi, dan memperkuat persyaratan mengenai penggunaan masker di area yang tidak memungkinkan untuk menerapkan jaga jarak sosial,” kata Menteri Pendidikan Inggris Gavin Williamson.
Sementara itu, Direktur Medis dan Direktur Perlindungan Kesehatan untuk Kesehatan Masyarakat Inggris Yvonne Doyle juga mengimbau masyarakat untuk melakukan tes.
“Saya mengimbau semua rumah tangga yang memenuhi syarat untuk menerima tawaran rapid test sebanyak dua kali per pekan, tes ini cepat dan tidak sakit serta dapat membantu menyelamatkan nyawa,” kata Doyle.
Menurut pemerintah Inggris, para pelajar sekolah menengah dan perguruan tinggi saat ini akan dites sebanyak dua kali per pekan. Mereka akan menjalani tiga tes COVID-19 awal di sekolah atau perguruan tinggi sebelum beralih ke tes di rumah sebanyak dua kali per pekan.
Sementara itu, anak-anak sekolah dasar tanpa gejala tidak akan dites secara rutin lantaran rendahnya tingkat penularan di kelompok anak-anak yang lebih muda. Namun, tes akan dilakukan jika mereka menunjukkan gejala, kata pemerintah Inggris dalam sebuah pernyataan.
Inggris saat ini menerapkan karantina wilayah (lockdown) nasional ketiga sejak pandemi COVID-19 merebak di negara itu. Langkah pembatasan serupa juga diterapkan di Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara. [Xinhua]