JAKARTA, WB – Dalam perayaan Hari Pers Nasional Presiden Joko Widodo meminta agar seluruh insan pers ikut membangun optimisme publik, membangun etos kerja masyarakat, ikut membangun produktivitas masyarakat.
“Bukan sebaliknya. Kadang-kadang kita sering, media kita justru mempengaruhi kita menjadi pesimis. Pesimisme dan juga banyak yang terjebak pada berita-berita yang sensasional,” kata Jokowi seperti dilansir dari laman Setkab.go.id, Jakarta, Rabu (10/2).
Presiden Jokowi lantas menunjuk contoh, misalnya ada berita Indonesia diprediksi akan hancur, ada berita lagi semua pesimis target pertumbuhan ekonomi tercapai. Selain itu, ada lagi judulnya pemerintah gagal, aksi teror takkan abis, sampai kiamat pun.
Tidak itu saja, lanjut Presiden, masih ada berita “Kabut asap tak teratasi, Riau terancam merdeka”. Bahkan ada berita yang lebih seram lagi, “Indonesia akan bangkrut. Hancur. Rupiah akan tembus 15.000, Jokowi-JK akan ambruk, akan ambyar,” ungkap Presiden.
Menurut Presiden, kalau judul-judul seperti itu diteruskan dalam era kompetisi seperti ini yang muncul pesimisme. Yang muncul adalah sebuah etos kerja yang tidak terbangun dengan baik. Yang muncul adalah hal-hal yang tidak produktif, bukan produktivitas. Padahal, tegas Presiden, itu adalah hanya sebuah asumsi.
Presiden Jokowi juga mengritik stasiun-stasiun televisi yang jarang menayangkan lagu-lagu kebangsaan, apakah Indonesia Raya, Padamu Negeri, Garuda Pancasila, dan sebagainya. Mereka hanya menayangkan sesudah jam 12, bukan di prime time.
“Saya hanya membayangkan. Setiap jam ada lagu-lagu nasional, lagu-lagu kebangsaan kita, lagu Indonesia Raya terus dimunculkan. Satu jam lagi Padamu Negeri, sejam lagi Garuda Pancasila. Alangkah sangat bagusnya. Sehingga anak-anak kita akan semuanya dari Sabang sampai Merauke akan hapal lagu-lagu nasional kita,” tutur Presiden.
Diakui Presiden, jika Stasiun TV bertumpu pada rating, semuanya mengejar rating. “Tapi mestinya sebagian kecil dari waktu itu bisa diberikan kepada hal-hal yang tadi saya sampaikan,” pesannya.
Presiden Jokowi mengingatkan, pada era kompetisi, era persaingan antar negara sekarang ini, yang dibutuhkan adalah membangun trust, membangun kepercayaan. Ia menegaskan, orang negara lain harus modal, harus investasi, harus uang masuk. []