JAKARTA, WB – Presiden Joko Widodo berharap pada pemilihan kepala daerah serentak 2018 dan seterusnya para kandidat dan timsesnya tidak lagi menggunakan isu yang berkaitan dengan suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Tapi harus menekankan pada adu ide dan gagasan.
“Jangan sampai pilkada berikutnya dibawa lagi ke isu-isu yang berkaitan dengan SARA,” kata Jokowi dalam acara talk show di sebuah televisi swasta nasional
Isu SARA menurut Jokowi sama sekali tidak memberikan pendidikan politik yang baik kepada rakyat. Harusnya, calon kepala daerah hingga tim sukses lebih menekankan pada adu ide dan gagasan.
“Itu lah yang perlu kita ingatkan, baik elite politik kita, baik kandidat-kandidat yang ikut dalam pemilihan bupati, pemilihan wali kota, pemilihan gubernur, kepada tim suksesnya, agar dalam setiap Pilkada itu mestinya adu gagasan,” tegas Jokowi.
Terkait fenomena penggunaan isu SARA dalam proses demokrasi di Indonesia ini, Sekjen PBNU Helmi Faisal mengatakan pada dasarnya Indonesia itu punya sejarah yang sangat baik dalam konteks membangun kebersamaan atar agama etnis atau budaya.
“Ini kita masuki era baru, era demokrasi. Transisi menuju demkrasi ini melahirkan bebrapa ekperimantasi kita dalam berpolitik,” ujarnya.
Menurut Helmi, dalam pilkada kerap muncul kelompok-kelompok bersaing yang kadang tidak bisa dielakan bahwa pasangan itu berbeda agama, suku. Kadang-kadang tanpa disadari demi kemenangan yang dilakukan adalah black campaign. “Black campaignya yah kadang mayoritas menindas yang minoritas dan sebaliknya,” ungkapnya
Untu itu PBNU ingin ajak semua masyarakat agar masalah yang terkait demokrasi itu tidak sekedar merelakan hati kita untuk perbedaan pendapat. Tapi demokrasi juga butuh kasih sayang harus ada budi luhur yang kita jaga.
“Tidak menghujat, membenci, menghina. jangan sampai kemudia melahirkan konflik daerah yang mengatasnamakan kesukuan dan sebagainya. Ini berbahaya,” tegas Helmi. []