JAKARTA, WB – Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Dwi Priyatno menegaskan tidak ada pendemo massa pendukung Prabowo Subianto yang mengalami luka tembak. Para pendukung Prabowo itu pada umumnya hanya terkena gas air mata. Namun kenyataannya, beberapa pedemo terluka karena ditembak peluru karet.
Sedikitnya ada 26 korban bentrok yang sempat dirawat di RS Budi Kemuliaan, Jakarta Pusat. Setelah menapat perawatan mereka diperbolehkan pulang.
“Di RS Budi Kemuliaan ada 26 orang kena gas air mata saja,” kata Kapolda saat dihubungi wartawan, Kamis (21/8/2014).
Kapolda membantah pihaknya menggunakan senjata dalam aksi pembubaran massa. Polisi hanya menggunakan water cannon dan gas air mata untuk mengurai massa.
“Karena negosiator tidak berhasil, kemudian kami gunakan water canon dan gas air mata untuk mengurai massa,” tegasnya.
Dijelaskan Dwi, pihaknya mengacu pada Perkap No 08 Tahun 2008 dalam membubarkan aksi massa di Bundaran Patung Kuda, siang tadi. Salah satu upaya pembubaran massa dalam Perkap tersebut yakni menggunakan meriam air dan gas air mata.
Sementara itu Wakil Ketua Partai Gerindra Fadli Zon sangat menyesalkan sikap aparat keamanan, khususnya kepolisian yang terkesan over acting dalam menghadapi para pengunjuk rasa. Menurut Fadli Zon, sikap polisi yang memasang kawat berduri merupakan tindakan yang berlebihan, termasuk digunakan peluru karet untuk menghalau massa.
“Ada tiga orang yang ditembak menggunakan peluru karet. Satu orang ditembak di bagian perut saat masih berada di dalam mobil, dua orang lagi ditembak di bagian kepala ketika sedang orasi. Saya masih mengumpulkan data berapa banyak korban,” papar Fadli Zon.
Atas tindakan represif itu, Fadli Zon meminta Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Dwi Priyatno bertanggung jawab. “Tindakan over acting aparat kepolisian itu harus mendapat evaluasi. Dan Kapolda harus dicopot,” tegas Fadli Zon. []