JAKARTA, WB – Sudah bukan rahasia lagi, kondisi ekonomi Indonesia belakangan ini sudah masuk katagori lampu merah. Pemerintahan Jokowi sudah “cut” anggaran untuk cegah defisit jangan sampai diatas 3%.
Sejak beberapa dekade, baru sekarang ini kita mengalami inflasi yang sangat kecil (3,32%) akibat lemah nya daya beli masyarakat. Pertumbuhan kredit perbankan pun, sejak 2014 mengalami penurunan.
“Ini jelas menunjukkan trend melemahnya kondisi perekonomian secara makro. Rendahnya penyaluran kredit sudah pasti berimbas pada perolehan laba perbankan,” ungkap Ketua Umum Berdaya Foundation M.L Wibisono, SH,MH kepada wartabuana.com, Minggu (18/9/2016).
Menurut pelaku usaha yang biasa disapa Wibi ini, dari sisi mikro, jelas banyak perusahaan yang melakukan efisiensi besar-besaran sebagai akibat melemahnya permintaan. Paling parah terjadi pada sektor komoditi hasil sumber daya alam (SDA), seperti hasil perkebunan (karet, sawit) serta tambang batubara.
“Melemahnya permintaan dunia terhadap produk hasil SDA tersebut berimbang pada jatuhnya harga. Dari mulai menutup pabrik, menjadwal operasional pabrik, mengurangi karyawan hingga menjual perusahaan. Menyusul juga di sektor Migas, akibat rendahnya harga minyak dunia. Menyebabkan banyak exploitasi minyak dihentikan yang pada akhirnya merumahkan para karyawannya,” papar Wibi.
Namun, sebagai pebisnis, Wibi sarankan tidak boleh menyerah dan lelah untuk terus berusaha. Pepatah Tiongkok mengatakan, Danger and Opportunity. Setiap ada opportunity selalu ada kekacauan. Dibalik setiap kekacauan, tekanan dan resesi, selalu ada opportunity.
“Dan, kegagalan 99% datangnya dari mindset. Jadi, mari jadikan krisis ini sebagai tantangan. Dan cari opportunity dibalik resesi,” kata Wibi.
Masih menurut Wibi, ada 5 tips bisnis dalam kondisi krisis ini, pertama Menjaga arus kas. Caranya, atur agar piutang tidak terlalu lama. Lakukan berbagai trik cerdas menagih, namun tidak menyinggung customer kita.
Kedua, Investasi kepada diri sendiri dengan cara membuka wawasan, membuka mata, telinga, hati dan pikiran. Terus belajar, terus menambah jaringan -pergaulan-, melihat hal-hal dan tempat-tempat baru. Karena tidak sedikit opportunity datangnya dari pergaulan, dari setelah melihat hal dan tempat baru.
Ketiga, Jangan terpaku dengan pasar yang ada, mulailah mencari pasar baru, produk baru atau modifikasi produk dan usaha kita. Keempat, Investasi lebih besar pada Sales dan Marketing dengan cara jangan abaikan dan kendurkan belanja iklan.
“Bahkan harus semakin agresif agar paling tidak Brand kita semakin lekat dibenak masyarakat. Dan saat daya beli masyarakat sudah membaik, kita sudah ada di dalam benak mereka,” jelas Wibi.
Tips terakhir menurut Wibi adalah Jaring dan seleksi team yang handal. “Team yang handal adalah team yang punya semangat. Semangat untuk berjuang dan terus belajar. Tidak penting sedikit ilmunya, tapi dengan semangat terus belajar dan berjuang, mereka akan menjadi team yang tangguh dibandingkan team yang punya ilmu tapi malas dan tidak jujur,” tandasnya. []