WARTABUANA – Direktur Bisnis Regional PLN, Amir Rosyidin mengatakan, kerugian PT PLN pada semester I mencapai Rp5,3 triliun. Kenaikan dolar menjadi penyumbang utama kerugian dari perusahaan pelat merah itu.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berimbas kepada keuangan PT PLN (Persero). Sebab kenaikan dollar membuat bahan baku pokok produksi mengalami kenaikan.
“Dengan adanya selisih kurs, di APBN kan Rp 13.400 sekarang Rp 14.600. Sehingga kami itu rugi.Jadi bottom line-nya rugi Rp5,3 triliun,” kata Amir di DPR, belum lama ini.
Sementara naiknya beban bahan pokok produksi juga menyumbang kerugian PLN. Dimana semester I beban pokok produksi PLN Rp130,25 triliun, sedangkan semester I tahun ini beban pokok produksi PLN naik menjadi Rp142,42 triliun.
Kenaikan beban produksi ini terlihat dari tiga komponen bahan utama, yaitu Batubara, Solar dan Gas. Untuk ongkos bahan pokok PLTU yang semula Rp17 triliun di tahun 2017 naik menjadi Rp22 triliun.
Sedangkan untuk ongkos bahan pokok PLTD yang semula Rp9 triliun di 2017 naik menjadi Rp11 triliun pada tahun ini. Sedangkan gas, yang semula beban pokok produksi sebesar Rp23 triliun naik menjadi Rp26 triliun.
Direktur Pengadaan Korporat PLN, Syofvie Rukman menjelaskan kenaikan bahan pokok produksi ini tak lain karena kenaikan dolar. Selama ini PLN melakukan transaksi jual beli bahan ini menggunakan acuan dolar.
“Persoalan kurs ini memang bikin PLN harus tarik nafas,” ujar Syofvie di DPR.
Menurut Syofvie, langkah agar kerugian tak semakin membengkak di akhir tahun PLN tetap akan melakukan efisiensi. Efisiensi yang ditargetkan oleh PLN pada akhir tahun bisa mencapai Rp 5 triliun.[]