JAKARTA, WB – Tingkat ketimpangan pengeluaran masyarakat yang diukur oleh Gini Ratio tercatat mengalami penurunan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka Gini Ratio mencapai angka 0,40 atau turun sebesar 0,01 poin. Ini artinya menandakan ketimpangan orang kaya dan miskin di Indonesia semakin rendah.
“Gini Ratio selama ini digunakan pemerintah untuk mengukur ketimpangan pengeluaran di suatu wilayah. Hasilnya, akan menjadi salah satu acuan pemerintah dalam pengambilan kebijakan dalam bidang perekonomian,” demikian dilansir dari laman Setkab.go.id, Jakarta, Senin (18/4).
Kepala BPS Suryamin menjelaskan Gini Ratio dibagi atas tiga level, yaitu level pertama pada angka 0-0,3 yang disebut dengan ketimpangan rendah. Level kedua 0,3-0,5 yang disebut sebagai ketimpangan menengah, dan level ketiga yaitu 0,5 ke atas yang berarti ketimpangan tinggi.
Lebih jauh dia menambahkan Gini Ratio di daerah perkotaan pada September 2015 sebesar 0,42, turun sebesar 0,01 poin dibanding Gini Ratio Maret 2015 yang sebesar 0,43. Sementara Gini Ratio di daerah perdesaan pada September 2015 sebesar 0,33 relatif tidak berubah dibanding Gini Ratio pada Maret 2015.
Adapun distribusi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 persen terbawah, menurut Suryamin, pada periode Maret 2015–September 2015 menunjukkan indikasi yang membaik, yaitu meningkat dari 17,10 persen pada Maret 2015 menjadi 17,45 persen pada September 2015.
Sedangkan di daerah perkotaan, distribusi pengeluaran kelompok 40 persen terbawah pada periode Maret 2015―September 2015 juga menunjukkan perbaikan, yaitu meningkat dari 15,83 persen pada Maret 2015 menjadi 16,39 persen pada September 2015.
“Hal yang sama juga terjadi di daerah perdesaan, dimana distribusi pengeluarannya meningkat dari 20,42 persen pada Maret 2015 menjadi 20,85 persen pada September 2015,” tandasnya. []