JAKARTA, WB – Pengamat Politik dari Lembaga Pemilih Indonesia (LPI), Boni Hargens menghawatirkan kecurangan pemilu yang terjadi di Filipina pada tahun 2001-2010 masa kampanye pilpres Gloria Macapagal Arroyo (GMA), akan berimbas pada pemilu presiden 2014.
“GMA memenangkan pilpres tidak dengan jalan beradab. Ia mendanai sejumlah lembaga survei dan mengatur mekanisme kecurangan, dengan pembelian suara dan percetakan surat suara palsu,” ujar Boni di bilangan Cikini, Jumat (4/7/2014).
Berbagai kecurangan yang dilakukan GMA itu, ternyata dikhawatirkan Boni yang akan berimbas pada pemilu presiden yang akan dihelat pada 9 Juli 2014 mendatang. Artinya Arroyo effect digadang-gadang kuat juga akan terjadi pada pemilu yang mempertemukan antara pasangan Joko Widodo – Jusuf Kalla dan Prabowo Subianto – Hatta Rajasa.
“Arroyo effect ternyata sedang terjadi di Indonesia menjelang pilpres. Itu berdasarkan laporan yang LPI dapatkan lebih dari 2 bulan terakhir, sudah ada skenario sistematis di pusat sampai daerah untuk memenangkan capres-cawapres yang didukung petahana (incumbent),” papar Boni.
Salah satu data yang didapatkan LPI adalah pada tanggal 3 Juli 2014, dimana ada laporan bahwa oknum Kopassus dan BIN dikerahkan untuk mendukung pasangan capres-cawapres tertentu.
“Mereka mengatur distribusi uang politik sampai ke desa-desa dan melakukan intimidasi terhadap relawan, aktivis dan tokoh masyarakat setempat,” tandas Boni.[]