Wednesday, July 16, 2025
wartabuana
  • HOME
  • BERITA GLOBAL
    • ARENA
    • KESEHATAN
    • PERISTIWA
    • SOSBUD
    • POLITIK DAN HUKUM
    • MILITER
  • NASIONAL
    • NUSANTARA
  • NDLEMING
    • FAJAR BARU & HARAPAN BARU
    • ESTAFET KEBANGSAAN
    • PENGEMBAN MISI KERAKYATAN
    • DAULAT RAKYAT & DAULAT TUANKU
    • IKHTIAR WUJUDKAN DAULAT RAKYAT
    • JALAN TERJAL MERAJUT KESEJAHTERAAN
  • HIBURAN
  • RELEASE
  • WB CHANNEL
  • KIAT SEHAT
  • WOW
  • OPINI
  • FOTO BERITA
  • LAINNYA
    • CLOSE UP
    • ENTERPRENEUR
    • ETALASE
    • KOMUNITAS
    • PARLEMEN
    • RILEKS
    • KISAH HUMAN INTEREST
No Result
View All Result
  • HOME
  • BERITA GLOBAL
    • ARENA
    • KESEHATAN
    • PERISTIWA
    • SOSBUD
    • POLITIK DAN HUKUM
    • MILITER
  • NASIONAL
    • NUSANTARA
  • NDLEMING
    • FAJAR BARU & HARAPAN BARU
    • ESTAFET KEBANGSAAN
    • PENGEMBAN MISI KERAKYATAN
    • DAULAT RAKYAT & DAULAT TUANKU
    • IKHTIAR WUJUDKAN DAULAT RAKYAT
    • JALAN TERJAL MERAJUT KESEJAHTERAAN
  • HIBURAN
  • RELEASE
  • WB CHANNEL
  • KIAT SEHAT
  • WOW
  • OPINI
  • FOTO BERITA
  • LAINNYA
    • CLOSE UP
    • ENTERPRENEUR
    • ETALASE
    • KOMUNITAS
    • PARLEMEN
    • RILEKS
    • KISAH HUMAN INTEREST
No Result
View All Result
wartabuana
No Result
View All Result
Home KISAH HUMAN INTEREST

Save By The Bell

wartabuana by wartabuana
Wednesday, 27 April 2022 08:00 AM
in KISAH HUMAN INTEREST
0
549
VIEWS

Oleh : Wina Armada Sukardi

Ada segunung idealisme manakala saya menerbitkan kembali harian “Merdeka,” salah satu koran tertua sejak Indonesia Merdeka. Sebelumnya harian yang terkenal dengan faham nasionalisme ini dimiliki dan dikelola oleh keluarga B.M. Diah. Sempat juga bekerjasama dengan Jawa Pos Group. Akhirnya “dialihkan” ke saya.

RelatedPosts

Perkara Pengusiran Khabib Nurmagomedov dari Pesawat Frontier Airlines

BLESSING IN DISGUISE BAGI FATIMAH DI TAIWAN

Semangat Nan Tak Kunjung Padam Bagi Para Pejuang Devisa (Bag-1)

Saya punya cita-cita harian ini menjadi alternatif dari koran-koran yang sudah ada waktu itu. Makanya ketika mempersiapan reborn harian “Merdeka” saya total out. Segenap kemampuan saya kerahkan. Segenap tenaga dan pikirkan saya curahkan kesana.  Semua finansial saya fokuskan untuk mengelola “Merdeka.”

Semua saya rencanakan dengan matang dan detail. Inilah dalam pikiran saya kiblat  surat kabar Indonesia masa depan.

Konsep redaksi, baik segmennya maupun teknis penulisannya sudah tersedia jauh hari sebelum terbit. Untuk Sumber Daya Manusia (SDM) saya pun memilih yang the best.. Hanya dua orang, tiga dengan saya, yang tidak mengikuti tes. Tak peduli kawan atau saudara, semuanya harus ikut psikotes, keterampilan teknis dan wawancara.

Kepada biro psikologi yang kami tunjuk, kami mengajukan permintaan: calon karyawan  harian “Merdeka” harus mempunya IQ di atas rata-rata pada umumnya, tahan stress dan kreatif. Walhasil dari setiap kali tes  70 peserta, yang lolos tak pernah lebih dari 6 orang. Setelah wawancara jumlahnya bisa menciut menjadi 4-3 orang. Padahal biaya psikotes tidaklah murah. Demi memperoleh SDM yang the best terpaksalah harus ada psikotet berkali-kali, meski biaya mahal.

Setelah lolos, masih diakan juga pelatihan mencakup orientasi redaksional, pengenalan cita-cita “Merdeka” dan sebagainya.

Khusus untuk wartawannya, saya tidak mau mereka seperti “ayam kampung.” Disuruh cari makan sendiri, tapi telornya kita ambil. Gaji reporter baru saya tetap harus di atas gaji reporter koran nasional yang besar. Sedangkan untuk redaktur pelaksana,  waktu itu minimal Rp 20 juta.

Semua gaji menjadi penghasilan bersih. Untuk transpotasi operasional ditanggung kantor. Makan diberi uang makan yang jumlahnya jauh lebih dari cukup. Pokoknya wartawan dan karyawan tinggal bekerja sebaik-baiknya. Kesejahteraan sudah dijamin. Konsukuensinya, gak boleh terima amplop apalagi sogok dan suap. Juga tidak boleh terima komisi.

Baik sebelum maupun sesudah terbit, setiap pagi ada evaluasi harian, redaksi dan non redaksi. Untuk redaksi dianalisis baik topik, angle sampai struktur dan kalimat demi kalimat. Bagi sebagian wartawan, evaluasi ini bagaikan “pengadilan” terbuka, lantaran semua kekurangan diungkap disini.

Peralatan juga sudah didisain dengan teknologi mutahir, bahkan ke depannya untuk disain redaktur sudah dapat mendownload disain dan isi berita dari rumah berdasarkan pola disain yang ada. Jadi disainer cuma memperhalus saja.

Padahal waktu itu perkembangan teknologi komunikasi belum seperti sekarang. Untuk membeli tustel 10 megapixel saja, kami masih harus ke Singapura. Tapi pandangan furtulogi membuat kami sudah mempersiapkan diri dari awal.

Sebelum terbit kami  beberapa kali mengadakan try out. Setelah yakin banget, barulah kami terbit.

Walaupun masih memakai sistem konsinyasi di agen, yang berarti kalau koran tak laku dikembalikan kepada kami, dan tentu tidak dibayar, tapi daya serap pasar terus membaik. Jumlah return atau koran yang dikembali juga terus berkurang.  Tingkat kerugian pun mulai pula melandai. Dalam tempo singkat, kami dapat mencapai oplah 120 ribu eksemplar per hari.

Persoalan muncul dari perkara sepele. Biasanya koran yang diretur atau dikembalikan dijual lagi secara kiloan. Satu kilo untuk harian “Merdeka” saat itu rata-rata  berisi 12 – 14 eksemplar koran. Hasilnya menjadi pemasukan kami.

Ketika secara tidak sengaja saya memeriksa pemasukan dari sini, rupanya per kilo jumlah koran bekasnya hampir dua kali lipat. Instink saya mencium ada sesuatu yang tidak beres. Saya segera minta dibuat audit dan investasi.

Barulah ketahuan, kepala sirkulasi dengan gengnya sengaja menambah jumlah koran per kilo  agar hasil lebihnya dapat dikorupsi. Dalam pengusutan belakangan, kami menemukan fakta mereka sampai menyewa gudang khusus untuk menjual kelebihan koran bekas “Merdeka.”

Saya murka bukan alang kepalang. Apalagi kepala bagian sirkulasi adalah orang yang saya ajak sejak awal, dan dikenal sebagai “orangnya Pak Wina.” Kenapa ini dapat terjadi, rupanya kepada staf dan koleganya dia selalu bilang, “Saya memang diberi kesempatan oleh Pak Wina untuk mencari duit lebih!” Dan lantaran dia “orang dekat saya” tak ada yang berani melapor ke saya.

Dari sana saya  meminta dilakukan  audit total di semua bagian. Ternyata, kecuali di bagian redaksi, seluruh manajerial non redaksi, benar-benar aburadul.  Penuh penyimpangan. Penuh korupsi.

Mereka yang sudah jelas-jelas terlibat manipulasi, langsung saya pecat. Sedangkan yang masih belum terbukti, masih saya biarkan. Dengan tegas, saya minta semua problem dibereskan.”Kalau dalam waktu tiga bulan gak selesai, koran bakal saya tutup!” tandas saya di depan rapat semua karyawan.

Berulang-ulang saya tegaskan , hanya air bersih yang dapat membersihkan sesuatu. Kalau personil “Merdeka” sudah tidak bersih bagaimana mau membersihkan masyrakat dan bangsa ini.

Setelah penegasan saya itu, muncul  berbagai rumor. “Gak mungkin Merdeka ditutup, ini koran politis!” kata beberapa karyawan. Sedang karyawan lain mengatakan, saya cuma gertak sambel doang. Banyaklah opini yang sangsi saya akan benar-benar mewujudkan menutup “Merdeka.”

Selama tiga bulan terakhir saya intensif mengadakan rapat. Setiap bagian dua minggu sekali, dan dengan semuanya sebulan sekali. Sampai bulan kedua , saya belum melihat perbaikan berarti. Lebih penting lagi, saya tidak melihat adanya kesadaran sebagian karyawan harus mengubah perilaku dan budaya perusahaan.

Seminggu jelang tiga bulan, saya masih mengingatkan hal ini , dan mengatakan “kita masih punya waktu untuk memperbaiki diri dan memperbaiki sistem supaya ‘Merdeka’ tetap berkibar.”

Ketika psikotes calon wartawan dan karyawan, saya meminta syarat kecerdasan di atas rata-rata dan tahan tingggi menghadapi tekanan, tapi saya lupa minta mereka juga harus punya  integritas dan loyalitas.

Akibatnya, kecerdasan  dan daya lentur tinggi tanpa diimbangi integritas dan loyalitas  malah justeru lebih menciptakan para karyawan yang berbahaya. Kejadian di “Merdeka” contoh konkritnya. Penyelewengan hampir di semua bagian, kecuali di redaksi. Orang cerdas jika melakukan penyelewengan lebih cangih ketimbang orang dengan kecerdasa normal.

Tiga bulan tak ada yang berubah signifikan, ultimatum saya wujudnya. “Merdeka “ saya tutup. Banyak yang terkejut, tak percaya. Mereka tak menyangka saya “setega” itu.

Hal pertama yang saya lakukan, membayar hak-hak karyawan dan wartawan, sehingga tidak timbul gejolak. Hal berikutnya justeru yang membuat saya terkaget-kaget. Setelah ditutup, baru terungkap banyak hal lebih parah.

Salah seorang kasir yang rutin menerima cek dari saya untuk membayar percetakan, rupanya kerap menilep cek dari saya itu dan tak membayarkannya ke percetakan. Akibatnya hutang kami ke percetakan segunung. Pajak-pajak tidak tertangani dengan benar menyebabkan kami memiliki hutang pajak yang besar. Harga dan pemakaian kertas dimanipulasi. Pendeknya, “Merdeka” menjadi arena “perampokan besar-besaran.”

Sementara itu tagihan-tagihan kami ke agen tak lagi dibayar. Begitu pula dari iklan. Aset kami, seperti motor, sebagian diambil  atau digelapkan karyawan. Dengan kata  lain setelah ditutup saya masih harus membayar  hutang segunung dalam bilangan miliar rupiah, sedangkan pemasukan dan aset hampir nol. Maka sudah benar keputusan saya menutup Merdeka..

Untuk menutupi kekurangan itu, seluruh mobil milik pribadi dan keluarga saya lego, kecuali sebuah mobil kijang. Seluruh perhasan isteri  dan saya  dijual cepat. Demikian juga koleksi lukisan ternama saya , seperti karya Trubus, Nyoman Gunarsa, Popo dan sebagainya, harus saya relakan pindah tangan.

Kakak saya tak ketinggalan membantu mengelontorkan  uang pribadinya sekitar Rp 1 miliar.  Itu semua pun ternyata belum menutupi kebutuhan saya. Kewajiban saya masih berbilang bermiliar rupiah.

Padahal kantor law firm kami yang cukup besar di kantor Wisma Nugraha yang dikelola isteri saya, telah kami tutup karena isteri mau kosentrasi mendampingi anak yang mulai tumbuh remaja. Sebelumnya kantor law firm ini menghasilkan cukup banyak pemasukan. Kini manakala kami membutuhkan pemasukan itu, justeru kantor law firm sudah tutup.

Saya mungkin sudah berada dekat dengan titik nadir. Harta benda sudah habis. Tak ada uang liquid. Satu-satunya harta tinggal rumah tinggal, tapi sejak awal saya dan isteri sudah berkomitmen rumah tak boleh disentuh untuk urusan usaha apapun.

Beberapa mitra sempat mengirim somasi kepada kami. Petugas pajak lebih intensif memeriksa dan menangani kasus “Merdeka.”

Kendati begitu, saya bersikap kesatria. Saya tidak lari dari tanggung jawab. Setiap pihak yang meminta haknya, saya  langsung jumpai. Saya dengarkan keluhan dan ancamannya. Dan berkali-kali saya jawab, “pasti kami selesaikan, tapi sekarang kami sedang konsolidasi,” papar saya. Padahal sama sekali belum ada titik terang. Mereka mungkin sudah tak percaya lagi, tapi kalau bertindak keras terhadap korporasi “Merdeka,” mereka mungkin malah kehilangan mendapat balik uangnya. Maka mereka lebih banyak mendumel, mengomel dan terus mengancam.

Meskipun tetap ada rasa tidak pasti, tetapi saya kala itu sangat yakin semua persoalan dapat saya atasi, entah dari mana. Setiap selesai sholat saya berdoa,”Ya, Tuha, Ya Allah, berikanlah kami kemampuan untuk menyelesaikan seluruh  masalah keuangan ‘Merdeka.’ Berikan kami yang terbaik, dan selalu berakhir baik.”

Saya tidak malu-malu kepada Tuhan, Kepada Allah, berdoa seperti itu setiap sholat.

Ketika dalam kemelut itu tiba-tiba saya ditelepon bekas orang iklan saya di media lain. Dia bilang boss groupnya, Sigid Haryo Wibisono, mau membeli brand harian “Merdeka.” Artinya, yang dibeli nama “Merdeka” aja, tanpa yang lainnya. “Kami yang jadi perantaran, terus terang, minta komisi 20% dari harga jual, disetor langsung ke rekening kami,” katanya.

Berapa pun jumlahnya, inilah salah satu titik terang itu, saya pikir. Lewat proses  negoisasi yang cepat, akhirnya saya berhasil “menjual” nama harian “Merdeka “ dengan harga, tak hanya cukup untuk membayar semua hutang dan tagihan, tetapi juga masih ada kelebihan sekitar Rp 1,5  miliar.

Beberapa kawan tercengang bagaimana saya dapat menjual nama harian “Merdeka” dengan nilai tinggi.”Hebat juga loe Win, barang mati itu bisa loe jual tinggi,” kata sobat saya Ilham Bintang, berseloroh, belakangan setelah “Merdeka” berpindah tangan.

Uang kelebihan dari penjualan “Merdeka” itulah yang saya pakai untuk menata kembali kehidupan dan penghidupan saya. Alhamdullah kemudian segalanya berjalan lancar dan aman.

Sejatinya, waktu itu, ibarat perinju, saya sudah babak belur. Sudah sempoyongan. Tinggal menunggu knock out saja. Tinggal tunggu timbang, tapi kemudian hasil penjualan “Merdeka,” bagaikan petinju yang diselamatkan oleh bell. Save by the bell. Saya tak jadi knock out. _ Saya mendapatkan nafas baru. Saya mampu bangkit lagi.

Setidaknya sampai sekarang masih tegar. Masih aman. Malah sudah mendapat tenaga tambahan. Ya _save by the bell.  Si petinju sudah dapat masuk lagi ke arena bertanding dengan gagah. Tanpa bunyi bell, petinjunya sudah pasti  telah  sungsep.  Benar-benar save by the bell dari Gusti Allah.

Tabik*

Tags: harian merdekasave by the bellwina armada sukardi
Previous Post

INDONESIA-SURABAYA-COVID-19-BOOSTER-VAKSINASI-2

Next Post

China buka kapsul pembawa pulang pesawat Shenzhou-13

Next Post
Kapsul pembawa pulang (return capsule) pesawat luar angkasa berawak Shenzhou-13 sukses mendarat di lokasi pendaratan Dongfeng di Daerah Otonom Mongolia Dalam, China utara, pada 16 April 2022. (Xinhua/Ren Junchuan)

China buka kapsul pembawa pulang pesawat Shenzhou-13

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

ADV

KESEHATAN

  • All
  • KESEHATAN
KESEHATAN

Tim Ilmuwan di Australia Temukan Jalur yang Lebih Aman untuk Terapi Gen

by RedaksiFK
Tuesday, 15 July 2025

SYDNEY, 15 Juli (Xinhua) -- Tim ilmuwan di Australia berhasil mengidentifikasi sebuah jalur (gateway), yang sebelumnya tidak diketahui, ke dalam...

Read moreDetails

Studi Temukan Obat Antimual Bantu Lawan Kanker Payudara

Tuesday, 15 July 2025

Gelombang Panas di China Picu Lonjakan di Sektor Cooling Economy

Tuesday, 15 July 2025

Ilmuwan Australia Kembangkan Obat Suntik Mingguan yang Transformasi Perawatan Penyakit Parkinson

Monday, 14 July 2025
Seorang wanita menyusuri sebuah jalan sambil membawa payung di Osaka, Jepang, pada 10 Juli 2025. (Xinhua/Jia Haocheng)

Jepang Dilanda Suhu Ekstrem, Peringatkan Warga akan Sengatan Panas

Friday, 11 July 2025
Orang-orang menyejukkan diri di air mancur sebuah taman di Madrid, Spanyol, pada 29 Juni 2025. (Xinhua/Gustavo Valiente)

Wawancara: Ilmuwan Iklim Sebut Eropa Hadapi Gelombang Panas yang Datang Lebih Awal dan Lebih Kuat

Thursday, 10 July 2025
Xinhua News Agency

Juni 2025 Jadi Bulan Juni Terpanas Ketiga dalam Sejarah Dunia

Wednesday, 9 July 2025
Load More

KANAL

Ditengah derasnya arus informasi terutama dari dunia barat dan dari lokal, di era keterbukaan dan diera dimana negara-negara Timur sudah maju mengejar dunia Barat, terasa ada kebutuhan adanya arus informasi yang mumpuni dan dapat diandalkan yang mewakili dunia Timur.

Untuk itu, wartabuana.com menyajikan setiap harinya sekitar 90 berita dalam bentuk artikel, foto dan video dari Kantor Berita Xinhua.

Ditengah era digital yang serba cepat ini, wartabuana.com mengarsipkan artikel-artikel menarik karya Dr. J. Kristiadi yang pernah dipublikasikan di media nasional dalam Rubrik NDLEMING POLITIK J. KRISTIADI.

Artikel Opini dari Hasto Kristianto, Sekjen PDI-P  telah kami himpun dalam Rubrik Nada Kebangsaan.

Kami siap menampung dan menyiarkan tulisan dari beberapa tokoh nasional lainnya sehingga wartabuana.com bisa menjadi tempat rujukan bagi pembacanya.

Semoga sajian kami bisa memenuhi kebutuhan kita semua.

TERKINI

Warga setempat bekerja di sebuah basis penanaman lumut daun (moss) di Maoyang, Wilayah Otonom Etnis She Jingning, Lishui, Provinsi Zhejiang, China timur, pada 27 April 2024. (Xinhua).

Tanaman dalam Pot Bawa Kemakmuran bagi Masyarakat di Daerah Pegunungan di China Timur

Wednesday, 16 July 2025
Para wisatawan mengunjungi Reruntuhan St. Paul di Makau, China selatan, pada 9 Juli 2025. (Xinhua/Cheong Kam Ka)

Pusat Bersejarah Makau di China Peringati 20 Tahun Penetapan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO

Wednesday, 16 July 2025
Seorang petani merawat tanaman tomat di sebuah rumah kaca di Desa Shigezhuang, Distrik Fengrun, Kota Tangshan, Provinsi Hebei, China utara, pada 19 Desember 2019. (Xinhua/Mu Yu)

Penelitian Temukan Ngengat Bisa “Mendengar” Suara Ultrasonik dari Tanaman Tomat

Wednesday, 16 July 2025
Salah satu keluarga berfoto dengan mobil BYD M6 dalam acara perayaan satu tahun peluncuran M6 yang berlangsung di Sukabumi, Provinsi Jawa Barat, pada 14 Juni 2025. (Sumber: PT BYD Motor Indonesia)

Merek-Merek China Dorong Peningkatan Besar dalam Penjualan EV di Pasar Indonesia

Wednesday, 16 July 2025
Foto yang diabadikan pada 17 Mei 2025 ini menunjukkan Ke Shuichang (Kiri), seorang teknisi yang menyandang disabilitas di Shanghai, China timur, sedang memperbaiki sebuah ponsel yang rusak. (Xinhua)

Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja Penyandang Disabilitas di China Naik dalam 3 Tahun Terakhir

Wednesday, 16 July 2025
(250715) -- FUZHOU, July 15, 2025 (Xinhua) -- An aerial drone photo taken on July 13, 2025 shows the Cangxia New Town in Fuzhou, southeast China's Fujian Province.
  In recent years, Fuzhou has actively implemented renewal and upgrading programs for urban residential areas. Cangxia New Town, the formerly dilapidated area characterized by unpleasant living conditions in Fuzhou, has been transformed into a livable habitat after renovation and upgrading that started from July 2000 and lasted over a year. In September 2021, a new round of transforming and upgrading program was carried out here, with focus on the integration of historical culture and life convenience into the new town. Infrastructures for customized services have been built such as canteens for the elderly and daycare centers for the children. Through the urban area renewal, people's livelihood has been improved a lot. (Xinhua/Lin Shanchuan)

Program Peningkatan Permukiman di Fuzhou Tingkatkan Kualitas Hidup Warga

Wednesday, 16 July 2025

REDAKSI

  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • T O S
No Result
View All Result
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Sitemap Page
  • T O S

Copyright © 2024 WartaBuana.Com - Developed by WB Team.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • HOME
  • BERITA GLOBAL
    • ARENA
    • KESEHATAN
    • PERISTIWA
    • SOSBUD
    • POLITIK DAN HUKUM
    • MILITER
  • NASIONAL
    • NUSANTARA
  • NDLEMING
    • FAJAR BARU & HARAPAN BARU
    • ESTAFET KEBANGSAAN
    • PENGEMBAN MISI KERAKYATAN
    • DAULAT RAKYAT & DAULAT TUANKU
    • IKHTIAR WUJUDKAN DAULAT RAKYAT
    • JALAN TERJAL MERAJUT KESEJAHTERAAN
  • HIBURAN
  • RELEASE
  • WB CHANNEL
  • KIAT SEHAT
  • WOW
  • OPINI
  • FOTO BERITA
  • LAINNYA
    • CLOSE UP
    • ENTERPRENEUR
    • ETALASE
    • KOMUNITAS
    • PARLEMEN
    • RILEKS
    • KISAH HUMAN INTEREST

Copyright © 2024 WartaBuana.Com - Developed by WB Team.