WARTABUANA – Meski penggunaan rokok elektrik di kalangan remaja meningkat, prevalensi rokok dan tembakau tanpa asap tercatat menurun lebih cepat antara 2012 dan 2019 dibandingkan periode sebelumnya, ungkap penelitian yang diterbitkan di situs web Universitas Michigan (UM) ).
Menggunakan data dari survei Monitoring the Future di UM yang mewakili angka nasional dari 1991 hingga 2019, para peneliti memeriksa prevalensi konsumsi produk tembakau dalam 30 hari terakhir di antara kelompok-kelompok sosiodemografi utama. Mereka mengidentifikasi perubahan tahun tren untuk sekolah menengah pertama dan atas di Amerika Serikat (AS).
Mereka menemukan bahwa prevalensi merokok setiap hari di kalangan anak laki-laki kelas 12 meningkat 4,9 persen setiap tahun dari 1991 hingga 1998. Namun, terjadi penurunan tahunan sebesar 8 persen antara 1998 hingga 2006 dan 1,6 persen antara 2006 hingga 2012. Dari 2012 hingga 2019, prevalensi menurun dengan tingkat tahunan 17 persen. Secara keseluruhan, prevalensi merokok setiap hari pada anak kelas 12 turun menjadi sekitar 2 persen pada 2019.
Hasil serupa juga terlihat pada anak laki-laki dan perempuan di semua kelas dan baik pada remaja Afrika-Amerika maupun kulit putih. Penggunaan tembakau tanpa asap menunjukkan lebih banyak variabilitas hingga 2012, diikuti penurunan yang konsisten dalam lima tahun terakhir. Data juga menunjukkan penurunan pesat serupa pada konsumsi cerutu dan cerutu pendek (cigarillo) di kalangan remaja dalam beberapa tahun terakhir, menunjukkan pola umum pada seluruh produk tembakau tradisional.
Peneliti mengatakan hasil ini penting karena meskipun rokok elektrik memprihatinkan, ada kekhawatiran bahwa peningkatan penggunaan rokok elektrik dapat menyebabkan peningkatan penggunaan produk tembakau lainnya pula, termasuk penggunaan rokok, yang berpotensi membalikkan penurunan yang terlihat dalam beberapa dekade terakhir.
“Meskipun peningkatan rokok elektrik memang mengkhawatirkan dan merupakan hal yang perlu kita tangani dan ubah, penurunan dalam produk-produk tembakau lainnya, khususnya rokok yang merupakan bentuk konsumsi tembakau yang paling mengkhawatirkan, terlihat semakin cepat,” kata ketua peneliti Rafael Meza, lektor kepala epidemiologi dan kesehatan global di Fakultas Kesehatan Masyarakat UM. [xinhua]