BRUSSEL – Komisi Eropa pada Rabu (24/3) mengemukakan versi revisi dari mekanisme transparansi ekspornya untuk vaksin COVID-19, dengan Wakil Presiden Eksekutif Komisi Eropa Valdis Dombrovskis mengklaim bahwa itu bukan merupakan larangan ekspor.
Mekanisme tersebut ditujukan bagi vaksin yang diproduksi di fasilitas yang berbasis di Uni Eropa (UE) milik perusahaan farmasi yang terikat oleh perjanjian pembelian di muka (advance purchase agreement/APA) dengan UE. Mekanisme versi baru itu mencakup dua kriteria baru, yakni hubungan timbal balik dan kesepadanan, untuk menilai apakah vaksin-vaksin ini dapat diekspor ke negara-negara non-UE, menurut Dombrovskis.
Prinsip timbal balik akan diterapkan terhadap negara-negara non-UE yang memiliki kapasitas produksi besar. Komisi Eropa dan negara-negara anggota UE akan mengkaji apakah arus impor dan ekspor vaksin dan zat vaksin antara blok itu dan negara tujuan sudah setara.
Kesepadanan adalah perihal menemukan keseimbangan yang tepat, papar sang komisaris. Komisi Eropa dan negara-negara anggota akan mempertimbangkan situasi spesifik dari negara tujuan, yang meliputi tingkat vaksinasi dan ketersediaan vaksin COVID-19.
Ekspor vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang tercakup oleh fasilitas COVAX (COVID-19 Vaccines Global Access) tetap mendapat pengecualian.
Diberlakukan pada 30 Januari, mekanisme ekspor dan transparansi tersebut diluncurkan ketika UE merasa beberapa perusahaan farmasi gagal memenuhi komitmen mereka untuk memberikan jumlah dosis vaksin yang dijanjikan ke negara-negara UE tetapi masih dapat mengekspor vaksin dari fasilitas mereka yang berbasis di UE.
Mekanisme yang awalnya dijadwalkan berakhir pada 12 Maret itu telah diperpanjang hingga 30 Juni mendatang.
Sebanyak 381 permintaan ekspor telah diajukan oleh perusahaan farmasi yang terikat oleh APA dengan UE, dan hanya ada satu yang ditolak.
AstraZeneca, produsen vaksin Inggris-Swedia, telah mengajukan permohonan untuk mengekspor 250.000 dosis vaksin COVID-19 buatannya ke Australia, sementara jadwal pengirimannya ke UE terlambat.
“Saya ingin mengingatkan bahwa AstraZeneca hanya memberikan sebagian kecil dari komitmen kontrak yang telah disepakati,” imbuh Dombrovskis. [Xinhua]