DHAKA – Bangladesh memiliki budaya teh yang sangat populer. Meski terdapat banyak kedai teh di Dhaka, ibu kota Bangladesh, jenis teh khusus bernama “Raja Mama” tampil menonjol karena rasanya yang sangat istimewa menjadi tren saat ini di kota tersebut.
Di Bangladesh, “Raja” memiliki arti yang sama seperti dalam bahasa Indonesia, sementara “Mama” berarti paman. Teh “Raja Mama” dianggap unik karena menawarkan rasa yang bervariasi dan diminum dari cangkir tanah liat.
Azahar Uddin Raja adalah pemilik kedai teh “Raja Mama”.
Raja mendekorasi kedai tehnya sedikit berbeda, dengan teko kuningan antik yang indah dari Timur Tengah, merayu para penikmat teh tak hanya dari Dhaka tetapi juga dari tempat-tempat lain di negara Asia Selatan itu.
“Saya mendengar tentang kedai tehnya di rumah seorang kawan. Kemudian kami memutuskan untuk minum teh di sini,” kata seorang pelanggan bernama Mosammat Khadija Akhter kepada Xinhua.
Dia pertama kali datang bersama kawan-kawannya dari Gazipur yang terletak di pinggiran Dhaka. “Suatu hari saya akan datang lagi. Tempat ini sangat bagus. Saya sangat menikmati meminum teh ini.”
Seorang pria bernama Ratul dari Motijheel di Dhaka tengah bertutur bahwa dia melihat komentar tentang teh “Raja Mama” di sebuah bank makanan di media sosial dan datang untuk mencobanya.
“Sebenarnya rasanya sangat berbeda. Saya belum pernah minum teh seperti ini sebelumnya. Ini jenis teh terbaik yang pernah saya coba,” katanya.
“Saya mendoakan yang terbaik untuk kedai ini dan untuk semua orang di kedai ini,” tambahnya.
Raja, pemilik “Raja Mama”, berasal dari Mymensingh, 122 kilometer sebelah utara Dhaka.
Karena miskin dan tak mampu menyelesaikan pendidikan yang lebih tinggi, Raja berangkat ke luar negeri untuk bekerja di Dubai dan membuat rencana bisnis kedai teh di sana.
Menurut Raja, dia ingin melihat “apakah rasa teh asing ini dapat diterima di negara saya. Hari ini, saya diberkati untuk dapat menyajikan cita rasa teh asing kepada orang-orang di negara saya.”
“Saya membuat teh ini dengan susu kental asli dan kacang mete, pesto, kismis, dan kacang kayu,” jelasnya.
“Kini, saya memiliki 18 kedai (teh) dan 40 pekerja,” katanya, seraya menambahkan bahwa awalnya dia memulai bisnisnya dengan menggunakan gerobak becak. [Xinhua]