SHENYANG, Sebuah lencana telah berperan penting dalam membantu warga lanjut usia (lansia) yang tersesat untuk kembali ke rumah.
Dengan memindai kode respons cepat (quick response/QR) pada gawai plastik itu, setiap penolong yang memiliki ponsel pintar dapat segera menghubungi kontak darurat si pembawa lencana.
“Ini efisien dan menghemat banyak tenaga,” ujar Li Caoliang, Kepala Kantor Polisi Lei Feng di Kota Fushun, Provinsi Liaoning.
Ide itu muncul di benak Li dan rekan-rekannya empat tahun yang lalu saat kantor polisi yang beranggotakan 44 personel tersebut menangani lebih dari 200 kasus warga lansia yang tersesat atau hilang setiap tahunnya, atau rata-rata satu kasus per hari kerja.
Para personel kepolisian menghabiskan waktu berjam-jam untuk mencari petunjuk tentang siapa yang harus dihubungi dari deskripsi samar yang disampaikan warga lansia tersebut. Dalam beberapa kasus, warga lansia itu bahkan terpaksa menginap di kantor polisi sebelum pihak keluarga mereka akhirnya ditemukan.
Di antara lebih dari 65.000 orang yang berada di bawah yurisdiksi Li, hampir satu dari tiga di antaranya berusia 60 tahun ke atas.
Beberapa warga lansia tersebut tersesat karena mengidap demensia, kehilangan daya ingat karena faktor usia, penyakit Alzheimer’s, atau penyusutan jaringan otak, dan lain-lain.
“Berjalan-jalan bukan aktivitas yang mudah bagi mereka,” ujar Li. “Mereka tidak dapat memberitahukan identitas, alamat, atau nomor telepon mereka, dan sebagian besar di antaranya sering tersesat.”
Warga lansia tersebut berpotensi menghadapi sejumlah konsekuensi yang ekstrem, seperti kelaparan, dehidrasi, radang dingin (frostbite), bahkan kematian jika mereka gagal mendapatkan bantuan tepat waktu, imbuh Li.
Rekan-rekan Li berhasil menciptakan pelat plastik itu setelah eksperimen selama dua bulan dan mengantongi hak paten atas penemuan mereka. Demi perlindungan privasi, kode QR itu mencatat informasi kontak berdasarkan izin pemiliknya terlebih dahulu.
Jumlah kasus warga lansia yang tersesat telah turun menjadi sekitar 30 per tahun sejak pelat QR itu diperkenalkan, menurut Kantor Polisi Lei Feng.
“Para penolong yang baik hati langsung membantu para lansia menemukan keluarga mereka tanpa meminta bantuan kami,” paparnya.
Lebih dari 50.000 alat khusus itu telah didistribusikan secara gratis, dengan sekitar separuh di antaranya diberikan untuk penduduk dari wilayah lain di China, seperti Provinsi Shandong dan Daerah Otonom Uighur Xinjiang.
“Saya sangat tertarik dengan penemuan ini karena di yurisdiksi saya ada banyak warga lansia,” tutur Zhang Peng, Kepala Kantor Polisi Hongmiaozi di Urumqi, ibu kota Xinjiang, China barat laut.
Zhang telah memesan lebih dari 100 pelat QR. “Ini sangat membantu,” ujar Zhang. “Bagi mereka yang tahu bagaimana menggunakannya, mereka bisa langsung membantu warga lansia yang tersesat untuk menghubungi keluarga. Atau, kami dapat memindai kode QR itu dan melakukan hal-hal selanjutnya.”
Di China, terdapat 264 juta warga yang berusia 60 tahun ke atas, menyumbang 18,7 persen dari total populasi negara itu yang berjumlah 1,4 miliar jiwa, menurut sensus penduduk ketujuh yang dilakukan pada 2020 lalu. Populasi lansia diperkirakan akan menembus 300 juta jiwa dalam lima tahun.
Wang Jiajuan, Deputi Kongres Rakyat Nasional (National People’s Congress/NPC), badan legislatif tertinggi China, menyampaikan bahwa identitas kode QR inovatif itu membantu menjamin keselamatan perjalanan warga lansia dalam menghadapi hal-hal buruk yang berpotensi terjadi.
“Untuk membangun masyarakat ramah lansia, kita harus menyediakan layanan hidup, perjalanan, dan rekreasi yang memadai untuk ‘populasi beruban’, termasuk para difabel dan pengidap gangguan mental,” tutur Wang, yang telah lama memfokuskan diri pada peningkatan layanan publik untuk masyarakat lansia. [Xinhua]