WARTABUANA – Tahun 2022, Dewi Masita baru kembali dari Taiwan setelah 8 tahun menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI). Dalam waktu dekat, ibu satu anak itu akan kembali bekerja di luar negeri, kali ini tujuannya Hongkong. Masih banyak orang seperti Dewi, ingin kembali kerja di luar negeri karena gaji yang relatif besar dibanding jadi buruh pabrik.
Dewi kini berusia 35 tahun. Setelah menikah, wanita asal Banyuwangi, Jawa Timur itu sempat bekerja di Bali. Karena gajinya tidak mencukupi biaya hidup, dia putuskan menjadi PMI, dulu disebut Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Tahun 2014, Dewi berangkat ke Taiwan. Selama delapan tahun dia bekerja sebagai perawat lansia. Dia bekerja kepada majikannya yang bernama Thai yang tinbggal di Kota Hsincu. Tugasnya merawat neneknya Thai yang sudah berusia 99 tahun dan menderita stroke.
Dengan penuh kesabaran Dewi merawat lansia tersebut atau yang biasa dipanggil dengan sebutan “Ama” atau nenek dalam Bahasa Indonesia. Dewi dengan telaten dan penuh kesabaran merawat lansia tersebut mulai dari memberi asupan makanan melalui selang NGT sampai memandikan dan menggantikan popoknya.
Tak hanya itu ia juga melakukan pekerjaan rumah yang lain seperti, berbelanja kebutuhan sehari-hari, memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah dan lain-lain. “Alhamdulillah saya dapat majikan yang baik, menghargai saya sebagai tenaga kerja. Soalnya kan ada juga yang dapat majikan pelit, ada yang galak dan suka mukul” paparnya.
Diluar pekerjaan yang digeluti sehari-hari, Dewi juga sering melakukan kehidupan sosialnya dengan para PMI dari Indonesia. Ketika sedang libur, ia dan sesama PMI dari Indonesia sering berkumpul Bersama di stasiun Tainan, tempat legendaris bagi para pekerja Indonesia di Taiwan untuk berkumpul.
Mereka berkumpul di tempat ini untuk sekedar berbincang melepas penat dari pekerjaan masing-masing dan juga berbelanja karena terdapat mall juga di sekitarnya.
Sebelum ke Taiwan, Dewi yang hanya lulusan SMP itu sempat bekerja sebagai penjaga toko di Bali, gajinya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Karena kebutuhan hidup dan ingin mengubah hidup menjadi lebih baik, langkah Dewi pun diikuti suaminya. Pria itu menyusul istrinya ke Taiwan dan bekerja sebagai sopir. Pasangan suami istri itu merantau ke Taiwan meninggalkan keluarga dan seorang anak yang kini berusia 13 tahun.
Alasan utama yang membuat Dewi dan suami bekerja di luar negeri adalah gaji. Faktanya rata-rata gaji di Taiwan lebih tinggi dari Indonesia. Dewi mendapatkan gaji sebesar Rp 8 juta, belum termasuk dengan tip yang diterimanya.
Dengan gaji sebesar itu dewi dapat menafkahi keluarganya di Banyuwangi dan juga menyekolahkan anak semata wayangnya. Serta dari penghasilannya Dewi juga menyisihkan untuk modal usaha ternak ayam yang sekarang diurus oleh mertuanya di Banyuwangi.
Dalam waktu dekat, Dewi berencana kembali bekerja di luar negeri kali ini ke Hongkong, tepatnya ke daerah Peak. Pekerjaannya hanya bersih-bersih rumah.
Dewi berpesan mereka yang senasib untuk berani berani mengambil peluang bekerja di luar negeri seperti dirinya yang telah terbukti berhasil. Menjadi PMI tidak semenakutkan seperti yang dipikirkan orang awam.
Merawat Anak
Setali tiga uang, seperti yang dirasakan Lia Ayulianti Agustin (31), PMI yang sudah bekerja selama 12 tahun di Taiwan. Ia berangkat ke Taiwan diumur yang masih sangat muda yaitu 19 tahun.
Lia mendapatkan referensi dari bibinya yang sudah menjadi PMI di Taiwan terlebih dulu. Dengan modal tekad kuat, Lia memberanikan diri untuk berangkat menjadi PMI di Taiwan pada tahun 2010.
Lia bekerja selama 3 tahun sebagai pengasuh anak, hal ini cukup menantang baginya karena ia belum memiliki pengalaman sama sekali dalam hal mengasuh anak. Lia mengurus dua anak sekaligus, bayi yang masih 5 bulan dan bocah berumur 6 tahun.
Beruntungnya, ia mendapatkan majikan yang mau membimbingnya bagaimana merawat bayi serta terdapat juga kakek dari anak tersebut yang turut membantunya. Namun, Lia lebih fokus untuk merawat bayi yang berumur 5 bulan tersebut.
Dalam sebulan, Lia hanya dapat jatah libur satu hari saja. Setelah kontraknya selama 3 tahun berakhir, Lia memutuskan untuk Kembali ke Indonesia untuk bertemu kelarganya di Subang. Semenjak menjadi PMI ke Taiwan, Lia belum pernah mudik.
Lima bulan di kampung halaman, sudah cukup bagi Lia beristirahat, dia memutuskan kembali berangkat lagi ke Taiwan. Masih dengan pekerjaan yang sama yaitu merawat anak, tetapi kali ini Lia merawat anak berkebutuhan khusus.
Dibanding dengan pekerjaan mengasuh anak yang sebelumnya, menurutnya pekerjaan merawat “anak Spesial” kali ini tergolong lebih mudah. Anaknya penurut dan orang tua anak tersebut memposisikan Lia sebagai kakak dari anaknya.
Kedua alasan itu yang membuatnya betah bekerja selam 9 tahun. Lia memanfaatkan libur yang hanya satu hari dalam sebulan untuk bertemu dengan kerabat dan bibinya yang terlebih dahulu bekerja disana. Bahkan adiknya yang juga ikut menjadi PMI di Taiwan.
Pada akhir 2023, setelah 9 tahun bekerja disana Lia memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Dirinya merasa cukup dan ingin Kembali dekat dengan keluarganya yang sudah hampir 12 tahun terpisah. Sekarang Lia bekerja sebagai guru Bahasa Mandarin untuk para pekerja Indonesia yang mau berangkat ke luar negeri. []