QUITO – Menteri Dalam Negeri Ekuador Alexandra Vela pada Minggu (3/10) mendesak departemen kehakiman untuk menghukum para pelaku kerusuhan penjara yang terjadi pada Selasa (28/9) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Litoral di Kota Guayaquil. Kerusuhan tersebut menewaskan sedikitnya 118 narapidana dan melukai 79 lainnya.
“Kami juga meminta intervensi tegas dari sistem peradilan untuk penegakan hukum, agar semua pihak yang bertanggung jawab atas pembunuhan massal yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Litoral tersebut diselidiki dan dihukum,” ujar Vela.
Kerusuhan di lapas itu, yang sesungguhnya merupakan kompleks penjara luas yang terdiri dari beberapa penjara di Guayaquil, merupakan kerusuhan paling mematikan dalam sejarah negara itu sekaligus kerusuhan ketiga yang tercatat pada 2021 sejauh ini. Dua kerusuhan sebelumnya terjadi pada Februari dan Juli dengan korban jiwa masing-masing 79 dan 22 narapidana.
Kerusuhan tersebut mencakup pula penggunaan senjata api dan bahan peledak, ungkap kepolisian setempat, dan menurut mereka dipicu oleh pertikaian antara geng-geng kriminal untuk memperebutkan kekuasaan di lapas itu.
Insiden ini membuat Presiden Ekuador Guillermo Lasso pada Rabu (29/9) menetapkan status darurat selama 60 hari di seluruh sistem penjara Ekuador guna mencegah terjadinya kekerasan lanjutan dan menjaga ketertiban.
Ekuador sedang menghadapi krisis penjara. Banyak penjara di negara itu sudah terlalu penuh. Demi meringankan situasi tersebut, pemerintah mengumumkan bahwa sekitar 2.000 grasi akan diproses bagi narapidana lanjut usia, perempuan, penyandang disabilitas, dan penderita sakit parah. Pemulangan narapidana asing yang ditahan di Ekuador pun akan dilanjutkan. [Xinhua]