PBB – Perang Dunia II berdampak besar pada masyarakat internasional, dan menciptakan kondisi bagi terbentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Akhir pekan ini menandai peringatan resmi tewasnya puluhan juta warga sipil dan tentara selama konflik tersebut, menurut laporan UN News pada Sabtu (8/5).
Secara total, sekitar 40 juta warga sipil, dan sekitar 20 juta tentara, tewas dalam perang yang berlangsung antara 1939-1945 itu. Pada 8 dan 9 Mei, PBB mengundang 193 negara anggotanya, organisasi nonpemerintah, dan individu, untuk memberikan penghormatan bagi para korban konflik tersebut.
Tanggal 8 Mei dipilih karena merupakan hari ketika pasukan Nazi Jerman menyerah pada 1945. Namun demikian, menghargai bahwa negara-negara anggota PBB mungkin memiliki hari berkesan tertentu yang diasosiasikan dengan kemenangan mereka atas fasisme, maka Majelis Umum PBB (UNGA) mengundang semua negara, organisasi PBB, organisasi nonpemerintah, dan individu untuk merayakan baik 8 Mei, 9 Mei, ataupun kedua hari tersebut setiap tahunnya sebagai penghormatan kepada seluruh korban Perang Dunia II.
Resolusi UNGA yang menetapkan hari tersebut menyatakan bahwa peristiwa bersejarah ini menciptakan kondisi bagi terbentuknya PBB, yang didirikan untuk “menyelamatkan generasi mendatang dari momok perang,” sebut UN News mengutip piagam pendirian badan dunia itu.
Resolusi tersebut menyerukan kepada negara-negara anggota untuk menyatukan upaya mereka guna menghadapi tantangan dan ancaman baru, dengan PBB memainkan peran sentral dalam menyelesaikan perselisihan dengan cara damai.
Dalam teks ini, UNGA mengenang bahwa Perang Dunia II “membawa kesedihan yang tak terlukiskan bagi umat manusia, terutama di Eropa, Asia, Afrika, Pasifik, dan berbagai belahan dunia lainnya,” dan menggarisbawahi kemajuan yang dibuat sejak itu, juga peran penting PBB dalam mengatasi warisan menyakitkan ini dan mendorong rekonsiliasi.
Dalam cuitan yang diunggah Sabtu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengingatkan bahwa PBB lahir menyusul kemenangan atas fasisme dan tirani, dan mendesak dunia untuk “jangan pernah melupakan pelajaran dari sejarah, serta terus bekerja untuk masa depan yang damai dan bermartabat bagi semua.” [Xinhua]