OTTAWA – Sejak Mei tahun ini, lebih dari 1.300 jasad atau makam tak bertanda telah ditemukan di dekat bekas sekolah asrama untuk anak-anak pribumi di Kanada.
Namun demikian, para penyintas dari sekolah-sekolah asrama penduduk pribumi Kanada tersebut mengatakan bahwa temuan ini hanyalah puncak gunung es, yang membuka kembali rasa duka dan trauma mereka.
Kurang lebih 150.000 anak penduduk pribumi di seluruh Kanada dilaporkan diambil paksa dari rumah mereka untuk dimasukkan ke sekolah-sekolah asrama antara tahun 1890-an hingga yang terbaru tahun 1996. Selama periode tersebut, lebih dari 50.000 di antaranya meninggal akibat kekerasan.
Selama bertahun-tahun, penduduk pribumi di Kanada terpinggirkan secara sosial serta mendapatkan pendidikan dan gaji yang rendah. Hak asasi mereka pun tidak dilindungi, dan angka harapan hidup berkurang hampir 10 tahun dibandingkan kelompok penduduk lainnya.
Anak-anak pribumi usia sekolah diambil paksa dari keluarga mereka, dipaksa menganut agama Kristen, dan dilarang menggunakan bahasa pribumi. Kebijakan ini berlangsung selama lebih dari satu abad. Selama itu pula banyak anak pribumi mengalami pelecehan seksual, pemukulan, atau penyiksaan hingga meninggal.
Setelah melakukan riset intensif selama bertahun-tahun, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Kanada mencapai kesimpulan pada 2015 bahwa kebijakan lama negara tersebut terkait pemasukan paksa anak-anak pribumi ke sekolah-sekolah asrama dapat digambarkan sebagai “genosida budaya.” [Diproduksi oleh Xinhua Global Service]