Seorang anak pengungsi mengendarai sepeda di sebuah kamp pengungsi Suriah di Bar Elias, Lembah Bekaa, Lebanon timur, pada 19 Juni 2018, menjelang Hari Pengungsi Sedunia. (Xinhua/Bilal Jawich)
Tingkat kematian warga sipil dalam 10 tahun terakhir menunjukkan angka yang mengejutkan, yakni 1,5 persen dari total populasi Republik Arab Suriah pada awal konflik.
JENEWA, 28 Juni (Xinhua) – Konflik di Suriah telah merenggut nyawa 306.887 warga sipil antara 1 Maret 2011 hingga 31 Maret 2021, kata Kantor Hak Asasi Manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Selasa (28/6).
Dalam sebuah laporan, yang dimandatkan oleh Dewan HAM PBB (United Nations Human Rights Council/UNHRC), kantor tersebut merujuk pada 143.350 kematian warga sipil yang telah didokumentasikan secara individual oleh berbagai sumber dengan informasi terperinci, termasuk setidaknya nama lengkap, tanggal, dan lokasi kematian mereka.
Dengan menggunakan teknik estimasi statistik, diperkirakan ada tambahan 163.537 kematian warga sipil, sehingga total korban tewas warga sipil menjadi 306.887.
Perkiraan 306.887 tersebut berarti bahwa selama 10 tahun terakhir, setiap hari rata-rata 83 warga sipil meninggal akibat kekerasan karena konflik, kata laporan itu.
Sejumlah pekerja melakukan pekerjaan restorasi di al-Madina Souq, pasar bersejarah tertutup terbesar di dunia, di Aleppo, Suriah, pada 6 Maret 2022. (Xinhua/Ammar Safarjalani)
Tingkat kematian warga sipil dalam 10 tahun terakhir menunjukkan angka yang mengejutkan, yakni 1,5 persen dari total populasi Republik Arab Suriah pada awal konflik.
“Angka kematian terkait konflik dalam laporan ini bukan sekadar kumpulan angka abstrak, tetapi mewakili individu manusia,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk HAM Michelle Bachelet. “Dampak dari pembunuhan terhadap 306.887 warga sipil ini akan memiliki dampak yang mendalam dan membekas pada keluarga dan komunitas tempat mereka berasal,” kata Bachelet.
“Dan akan saya perjelas: ini adalah orang-orang yang terbunuh sebagai dampak langsung dari operasi perang. Ini belum termasuk lebih banyak lagi warga sipil yang meninggal karena hilangnya akses ke perawatan kesehatan, makanan, air bersih, dan hak asasi manusia mendasar lainnya, yang masih harus dikaji,” ujar Bachelet menekankan.
Orang-orang memegang poster “martir” Suriah dalam perayaan peringatan pembebasan Aleppo di Alun-alun Saadallah al-Jabiri di Kota Aleppo, Suriah utara, pada 21 Desember 2017.(Xinhua/Ammar Safarjalani)
Konflik bersenjata di Suriah pecah pada 2011 dan dengan cepat berubah menjadi perang besar. Selama beberapa tahun terakhir, delegasi pemerintah Suriah dan pihak oposisi telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan damai di Jenewa, tetapi mereka belum berhasil menemukan solusi. [Xinhua]