Foto yang diabadikan pada 6 Mei 2021 ini menunjukkan kerabat para korban yang tewas di tangan tentara Amerika Serikat di Distrik Shinwar, Provinsi Nangarhar, Afghanistan. (Xinhua/Saifurahman Safi)
Setahun setelah AS menarik pasukannya dari Afghanistan, rasa sakit dan kehancuran yang dialami rakyat Afghanistan sama sekali belum berakhir. Warga Afghanistan yang tak terhitung jumlahnya hidup dalam situasi mengerikan, dengan banyak di antaranya masih berduka dan marah atas tewasnya anggota keluarga mereka akibat proses penarikan yang kacau dan mematikan tersebut.
KABUL, 30 Agustus (Xinhua) — Satu tahun telah berlalu sejak gelombangterakhir pasukan Amerika Serikat (AS) meninggalkan Afghanistan pada 30 Agustus 2021 tengah malam waktu setempat, namun trauma akibat proses penarikan militer yang kacau dan mematikan tersebut masih menghantui warga Afghanistan.
Selama proses evakuasi, ribuan warga Afghanistan, terutama mereka yang pernah bekerja untuk tentara dan perusahaan AS, membanjiri bandara untuk meninggalkan negara itu. Dua warga Afghanistan bahkan mengikatkan tubuh mereka ke bagian dari pesawat militer AS, kemudian jatuh dan tewas setelah pesawat itu lepas landas.
“Itu adalah perlakuan yang tidak manusiawi dan tidak bermoral,” ujar Nisar Ahmad, yang menyaksikan tragedi di bandara itu setahun lalu.
Penembakan juga terjadi selama proses penarikan pasukan tersebut. “Saya mendengar dan menyaksikan di televisi bahwa tentara Amerika juga melakukan penembakan,” ujar warga Kabul bernama Aqal Khan sambil terisak-isak saat mengingat momen ketika pasukan AS menembaki warga sipil usai serangan teroris di bandara itu tahun lalu.
Emal Hamedi, seorang penyintas dari serangan droneAmerika Serikat, terlihat di sebuah lokasi serangan di Kabul, ibu kota Afghanistan, pada 18 September 2021. (Xinhua/Saifurahman Safi)
Mimpi buruk bagi penduduk setempat tidak berakhir di bandara tersebut karena aksi pembunuhan terus berlanjut. Pada 29 Agustus tahun lalu, sebuah droneAS menyerang sebuah kendaraan di Kabul, menewaskan 10 warga sipil, termasuk tujuh anak-anak. Para pejabat AS mengatakan mereka mengira bahwa kendaraan itu mengangkut bom dari pejuang ISIS, namun penyelidikan lebih lanjut membuktikan bahwa para korban tidak bersalah.
“Itu adalah peristiwa yang sangat tragis dan menakutkan, dan saya masih ketakutan setiap kali mengingat momen berdarah ketika mayat anak-anak tak berdosa dan keluarga mereka tergeletak dalam keadaan bersimbah darah,” ujar Muzamill Amiri (17), yang mengatakan bahwa dua orang yang turut menjadi korban dalam peristiwa itu merupakan teman baiknya yang kerap bermain voli dan sepak bola bersamanya.
Foto yang diabadikan pada 18 September 2021 ini menunjukkan sebuah lokasi serangan droneAmerika Serikat di Kabul, ibu kota Afghanistan. (Xinhua/Saifurahman Safi)
“Insiden tragis itu seperti mimpi buruk, dan akan menghantui saya selamanya,” tambah Amiri.
Selama dua dekade terakhir, operasi militer yang dipimpin AS di Afghanistan telah menyebabkan lebih dari 30.000 kematian warga sipil dan mengakibatkan 11 juta orang menjadi pengungsi, membuat Afghanistan begitu membutuhkan stabilitas dan rehabilitasi. [Xinhua]