NEW DELHI – Sebuah studi pemerintah menemukan bahwa varian COVID-19 yang pertama kali ditemukan di India dan dikenal sebagai varian Delta atau galur (strain) B.1.617.2 menjadi penyebab munculnya gelombang kedua pandemi di negara tersebut, menurut laporan media lokal pada Jumat (4/6).
Studi yang dilakukan oleh Konsorsium Genomik SARS-COV-2 India (Indian SARS-COV-2 Genomics Consortia/INSACOG) dan Pusat Pengendalian Penyakit Nasional mengatakan varian Delta “lebih menular” ketimbang varian Alpha.
INSACOG adalah konsorsium laboratorium yang melakukan pengurutan genom di India.
Varian B.1.617 dan turunannya, B.1.617.2, paling bertanggung jawab atas lonjakan kasus COVID-19 dengan tingkat penularan 50 persen lebih tinggi daripada varian Alpha (B.1.1.7) yang ditemukan di Inggris, kata studi tersebut.
Deteksi VOC (variant of concern) B.1.1.7 setidaknya hingga Januari 2021, meningkat menjadi sekitar 20 persen pada Februari dan 40 persen pada Maret 2021. Hal ini terkait dengan adanya sedikit peningkatan dalam Rt (effective reproduction number) dari sekitar 1,2 menjadi 1,6. Varian turunan B.1.617 meningkat dari di bawah 5 persen pada Februari 2021 menjadi sekitar 10 persen pada Maret sebelum diikuti B.1.1.7 pada April dan kemudian semua sampel meningkat menjadi sekitar 60 persen, menurut penelitian tersebut. [Xinhua]