LONDON – Tudingan tidak berdasar oleh beberapa politisi Amerika Serikat (AS) yang menyebut bahwa virus COVID-19 bocor dari sebuah laboratorium China mempersulit negara-negara untuk berkolaborasi dalam mengakhiri pandemi, dan memicu perundungan secara daring, ungkap sebuah artikel yang baru-baru ini dirilis di jurnal ilmiah Inggris, Nature.
“Bahkan, tanpa disertai bukti pendukung yang kuat,” seruan untuk menyelidiki sejumlah laboratorium di China telah mencapai puncaknya di AS, kata artikel itu, seraya menambahkan bahwa bagi banyak peneliti, nada permintaan yang meningkat tersebut cukup mengganggu, sehingga dapat menggagalkan upaya untuk meneliti asal mula virus itu.
Sementara beberapa politisi AS melontarkan tudingan tak berdasar bahwa virus corona yang menyebabkan pandemi COVID-19 bocor dari sebuah laboratorium di China, para ilmuwan berpendapat hipotesis itu membutuhkan penyelidikan yang menyeluruh dan independen, menurut Nature.
Artikel itu mengutip pernyataan dari sejumlah ilmuwan, “retorika seputar dugaan kebocoran laboratorium telah berkembang begitu tidak sehat sehingga memicu praktik perundungan daring terhadap ilmuwan dan pelecehan anti-Asia di AS, serta menyinggung peneliti dan otoritas di China yang kerja samanya dibutuhkan.”
Artikel tersebut menyatakan bahwa untuk membendung penyebaran pandemi dan menyiapkan dunia dalam menghadapi wabah di masa mendatang, sejumlah tindakan, termasuk memperluas distribusi vaksin dan mereformasi aturan biosekuriti, dibutuhkan.
“Namun, kebijakan semacam itu membutuhkan konsensus yang luas di antara negara-negara kuat,” ujar Amanda Glassman, spesialis bidang kesehatan global di Center for Global Development di Washington, seperti dikutip artikel tersebut.
“Kita harus mengamati gambaran besarnya dan fokus pada insentif yang memungkinkan kita mencapai tujuan yang diinginkan,” tuturnya. “Pendekatan konfrontatif akan semakin memperburuk keadaan.”
Meningkatnya permintaan dan tudingan itu berkontribusi pada keretakan geopolitik saat ini ketika rasa solidaritas dibutuhkan, kata David Fidler, peneliti bidang kesehatan global di wadah pemikir AS, Council on Foreign Relations. [Xinhua]