WASHINGTON – Virus corona melanda penjara negara bagian, penjara lokal, dan pusat penahanan imigrasi di Amerika Serikat (AS) selama setahun terakhir, dengan menewaskan lebih dari 2.700 orang tahanan, seperti dilaporkan The New York Times pada Jumat (7/5).
“Angka kematian ini memunculkan pertanyaan yang meresahkan tentang bagaimana sistem peradilan negara (AS) merespons pandemi yang menginfeksi para tahanan dengan laju lebih dari tiga kali lipat dari level nasional,” ungkap laporan itu.
Pandemi terutama telah merusak sistem peradilan pidana di AS. Puluhan ribu sidang pengadilan dan sidang pembebasan bersyarat dibatalkan. Banyak keluarga mengatakan mereka tidak mampu membayar uang jaminan bahkan dalam jumlah kecil di tengah rekor hilangnya lapangan pekerjaan. Selain itu, berbagai fasilitas mengalami kekurangan sarana untuk menangani wabah virus yang menyebar dengan cepat, khususnya di fasilitas yang tertutup.
Beberapa county dan negara bagian membebaskan tahanan mereka selama pandemi sebagai langkah pencegahan. Namun, sebagian besar negara bagian di AS menolak seruan untuk membebaskan tahanan lebih awal atau mempercepat pembebasan bersyarat, ungkap laporan itu.
Dihantam penularan dan kematian akibat COVID-19 yang meningkat, penjara-penjara lokal dan sistem penjara negara bagian di AS menggunakan strategi “radikal” untuk mencegah penyebaran virus tersebut, dengan sepenuhnya menutup penjara dan memindahkan tahanan mereka ke tempat lain, paparnya.
Penjara lokal dan penjara negara bagian yang tetap buka kemungkinan akan menjadi semakin padat, tidak sehat, dan dipenuhi penyakit. Karena itu, memindahkan tahanan kemungkinan besar malah akan membantu virus berkembang biak di dalam maupun luar dinding penjara, lanjut laporan itu. [Xinhua]