TOKYO – Japan Airlines Co. (JAL) pada Senin (14/6) mulai menyediakan vaksinasi COVID-19 on-site bagi karyawannya, sehari setelah All Nippon Airways Co. (ANA) memulai upaya serupa dan menjadi perusahaan pertama di Jepang yang menyediakan vaksinasi di tempat kerja.
Kedua maskapai itu mulai memberikan vaksinasi di Bandara Haneda Tokyo, dengan kru penerbangan internasional menjadi kelompok prioritas.
Dua maskapai teratas Jepang itu memulai kampanye vaksinasi di tempat kerja mereka jauh lebih awal dari jadwal 21 Juni yang direncanakan pemerintah untuk perusahaan dan universitas memulai kampanye vaksinasi mereka sendiri atau berperan ganda sebagai pusat vaksinasi. JAL, maskapai berbendera Jepang, mengatakan berencana memvaksinasi 36.000 karyawan mereka, dengan fokus awal ditujukan bagi karyawan yang bekerja di rute-rute internasional, sedangkan ANA Holdings Inc. mengatakan 46.500 stafnya telah memenuhi syarat untuk divaksinasi.
JAL akan memprioritaskan sekitar 10.000 personel, termasuk pilot dan kru, yang bekerja dalam penerbangan internasional. Seiring pemerintah Negeri Sakura berusaha menggenjot upaya vaksinasinya, yang dinilai lambat dan menuai kritik lantaran menjadi yang paling lambat di antara sejumlah perekonomian maju, negara itu mengatakan telah menerima pengajuan vaksinasi untuk lebih dari 9 juta orang di 1.821 perusahaan dan perguruan tinggi per Jumat (11/6) pukul 17.00 waktu setempat. Toyota Motor, SoftBank Group, dan Rakuten juga telah berkomitmen untuk memberikan vaksinasi di tempat kerja mereka.
Di antara sederet perusahaan lainnya, Sumitomo Life Insurance Company dan produsen alat elektronik Fujitsu juga telah ikut serta. Sementara itu, Sony Group mengatakan berencana mengerahkan tim dokter perusahaan sendiri untuk memvaksinasi karyawan di tempat kerja.
Menurut Kepala Sekretaris Kabinet Katsunobu Kato, kampanye vaksinasi terbaru ini ditujukan untuk mempercepat peluncuran vaksinasi di negara itu dan membantu mengurangi beban kota-kota setempat.
“Perluasan jumlah lokasi vaksinasi dimaksudkan untuk mengurangi beban masyarakat setempat dan mempercepat laju vaksinasi. Vaksin yang dipakai adalah vaksin dua dosis yang dikembangkan perusahaan biotek Amerika Serikat, Moderna Inc.,” kata Kato dalam konferensi pers mengenai masalah itu beberapa waktu lalu. Dikatakan Kato, tempat kerja dan universitas akan ditugasi untuk menentukan para penerima vaksinasi, meski tetap menganjurkan agar lansia dan mereka yang memiliki penyakit penyerta menjadi prioritas.
Dia menambahkan perusahaan dan universitas juga akan bertanggung jawab atas pengadaan tenaga medis mereka sendiri untuk memberikan vaksinasi di tengah kurangnya tenaga medis yang memenuhi syarat untuk menjadi vaksinator, yang turut menjadi faktor lambannya peluncuran vaksin di negara itu. [Xinhua]