WARTABUANA – Varian COVID-19 dari India dengan sebutan delta sudah masuk Indonesia. Varian ini tak bisa disepelekan akrena gejala pada pasien bisa lebih berat dengan risiko kehilangan pendengaran.
Seperti dipaparkan Dekan FKUI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, kasus mutasi dengan varian B1617.2 tersebut kian meresahkan dan tersebar luas. “Ternyata dalam 4 minggu terakhir terjadi peningkatan 51.4 persen dari varian Delta dari India di Indonesia,” papar dr. Ari seperti dikutip dari keterangan persnya.
Lebih lanjut, dokter ahli penyakit dalam itu memaparkan, varian delta ini tak bisa disepelekan. Sebab, gejalanya pada pasien bisa lebih berat dengan risiko kehilangan pendengaran. Bahkan, risiko untuk dirawat di rumah sakit akan lebih besar.
“Gejala sakit pasien lebih berat dari virus sebelumnya meningkatkan risiko terjadinya hilang pendengaran, nyeri ulu hati dan mual, pasien perlu rawat di RS, memerlukan suplementasi oksigen dan menimbulkan berbagai komplikasi,” katanya.
Selain gejalanya yang lebih berat, tingkat penularan yang lebih besar pada varian delta ini. Dengan hanya berbicara, pasien yang terinfeksi varian COVID-19 ini bisa menularkan pada banyak orang di sekitarnya.
“Kemampuan varian delta ini menginfeksi lebih mudah dan cepat, jika kita berada dalam satu ruangan dengan orang dengan varian delta ini dan orang tersebut bersin atau berbicara maka virus akan lebih cepat berpindah ke orang lain jadi tetap protokol kesehatan ketat,” ungkap Prof. Ari.
Lebih lanjut, Prof. Ari mengungkap bahwa kasus terkonfirmasi positif COVID-19 di RI akan segera tembus 2 juta. Untuk itu, Prof Ari berharap agar protokol kesehatan diterapkan dengan baik dan benar oleh masyarakat, khususnya menghadapi serangan varian delta itu.[]