CANBERRA – Maskapai nasional Australia Qantas pada Selasa (3/8) mengumumkan bahwa pihaknya akan merumahkan 2.500 karyawan garis depan di tengah penerapan karantina wilayah (lockdown) dan penutupan perbatasan di seluruh wilayah negara tersebut.
Dalam rilis media, Qantas menyampaikan bahwa langkah tersebut merupakan “kebijakan sementara” yang pada akhirnya bertujuan untuk mempertahankan pekerjaan saat negara-negara bagian membuka kembali perbatasan mereka dan sektor penerbangan domestik dilanjutkan.
Kebijakan yang diperkirakan akan diterapkan selama dua bulan itu mulai diberlakukan pada pertengahan Agustus mendatang. Pilot penerbangan domestik, kru kabin, dan pekerja bandara, baik dari Qantas maupun Jetstar, maskapai berbiaya rendah yang merupakan anak perusahaan Qantas, telah menerima pemberitahuan pada akhir bulan lalu.
Qantas mengatakan mereka akan tetap menggaji staf selama periode dua bulan tersebut. Namun, setelah itu, banyak karyawan yang diperkirakan akan bergantung pada pembiayaan kebencanaan COVID-19 yang saat ini dikeluarkan oleh pemerintah federal.
Pengumuman tersebut muncul usai CEO Qantas Alan Joyce mengatakan kepada staf melalui e-mail perusahaan lebih dari sepekan yang lalu bahwa kebijakan untuk merumahkan karyawan akan terjadi jika beberapa negara bagian tetap menutup perbatasan mereka.
Joyce menuturkan bahwa meskipun maskapai itu terdampak secara signifikan, mengutip penurunan sampai 40 persen dari kapasitas biasanya pada Juli, dirinya masih optimistis industri penerbangan akan bangkit lagi saat negara-negara bagian dibuka kembali dan tingkat vaksinasi meningkat.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Canberra. (XHTV)