BERLIN – CEO BioNTech Ugur Sahin pada Rabu (28/4) menyatakan keyakinannya pada kemanjuran vaksin yang dikembangkan bersama oleh perusahaannya dan perusahaan farmasi Amerika Serikat, Pfizer, terhadap varian baru virus corona yang pertama terdeteksi di India.
Sahin, yang juga salah satu pendiri perusahaan bioteknologi Jerman tersebut, mengemukakan pernyataannya di Berlin di saat apa yang disebut sebagai varian “mutan ganda” (double mutant) dari COVID-19 tampaknya merajalela di India dan memicu kekhawatiran publik perihal kemanjuran vaksin.
Dikatakan Sahin, vaksin BioNTech/Pfizer sejauh ini telah diuji terhadap lebih dari 30 varian COVID-19.
Di hampir semua kasus, vaksin BioNTech/Pfizer bekerja sama baiknya seperti terhadap virus awal COVID-19, ungkap sang CEO.
Meski demikian, sejumlah tes terkait yang dilakukan terhadap varian baru masih berlangsung, imbuh Sahin.
Varian baru B.1.617 belum lama ini menyebar luas di seluruh wilayah India, yang selama beberapa pekan terakhir melaporkan lebih dari 300.000 kasus baru COVID-19 setiap harinya.
Dengan adanya mutasi ganda, varian ini dianggap oleh beberapa ahli medis sebagai jenis yang lebih berbahaya dan lebih menular, sehingga vaksin yang ada saat ini kemungkinan kurang efektif dalam melawannya.
Robert Koch Institute Jerman pada Selasa (27/4) mengatakan varian tersebut, yang kini berada dalam pengamatan khusus, sejauh ini hanya terdeteksi secara sporadis di Jerman.
Saat ini masih minim data yang andal untuk mengklasifikasikan varian tersebut sebagai “variant of concern” (varian yang menjadi kekhawatiran) di Jerman, imbuh badan pemerintah federal yang menangani pengendalian dan pencegahan penyakit itu. [Xinhua]