WASHINGTON – Manfaat vaksin COVID-19 Johnson & Johnson jauh lebih besar dibandingkan potensi risikonya di tengah peninjauan yang masih berlangsung terhadap sejumlah laporan gangguan neurologis langka, menurut panel penasihat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat (AS) pada Kamis (22/7).
Terdapat 8,1 kasus sindrom Guillain-Barre per 1 juta dosis. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan pada masyarakat umum dan hampir delapan kali dari tingkat yang ditemukan pada vaksin Pfizer dan Moderna, menurut data yang dipresentasikan dalam pertemuan Komite Penasihat CDC untuk Praktik Imunisasi (Advisory Committee on Immunization Practices/ACIP) pada Kamis.
Guillain-Barre adalah gangguan neurologis saat sistem imun tubuh merusak sel-sel saraf yang menyebabkan lemah otot dan kadang-kadang kelumpuhan, menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (Food and Drug Administration/FDA) AS.
Data itu muncul setelah FDA AS mengumumkan peringatan baru pada 12 Juli terkait vaksin Johnson & Johnson setelah adanya laporan awal kemunculan sindrom Guillain-Barre pada sejumlah penerima.
Sekitar 100 laporan awal sindrom Guillain-Barre terdeteksi pada penerima vaksin usai penyuntikan 12,8 juta dosis vaksin Johnson & Johnson di AS, menurut FDA.
Dari kasus-kasus yang dilaporkan tersebut, 95 di antaranya merupakan kasus serius dan membutuhkan rawat inap, sementara satu lainnya meninggal. [Xinhua]