BEIJING, Saat kuartet atlet China melesat meraih kemenangan mendebarkan dalam nomor estafet 2.000 meter beregu campuran di Olimpiade Musim Dingin Beijing pada 5 Februari, menyabet emas pertama China di kategori itu, prestasi tersebut mungkin sebagian berkat andil teknologi penerbangan.
Sebuah tim penelitian silang yang dipimpin oleh Ke Peng, seorang lektor kepala di Universitas Beihang di Beijing, yang pernah mempelajari kendaraan udara, turut membantu dalam proses pelatihan.
Ke juga menjabat sebagai direktur sains tim seluncur cepat nasional China, dan pada 2019, tim penelitinya berusaha menerapkan ilmu teknik pesawat ke dalam pelatihan olahraga musim dingin.
Upaya tersebut dapat ditelusuri kembali ke suatu pagi yang dingin ketika Ke mengunjungi sebuah arena seluncur di pinggiran kota Beijing sebagai bagian dari perjalanan rutinnya selama setahun terakhir. Di sana, tim Ke mengumpulkan data melalui beberapa sensor berdasarkan gerakan atlet, kekuatan otot, dan detail-detail yang melibatkan bilah seluncur.
Kemudian terlintas di benak Ke bahwa algoritma perencanaan rute pesawat juga dapat digunakan untuk membantu merancang rute seluncur yang optimal bagi para peseluncur.
Tim peneliti itu bekerja membuat model digital bagi para peseluncur, yang didukung oleh banyak parameter seperti rute seluncur, daya dorong, keseimbangan, dan kontrol belokan.
Ke memikirkan beberapa pertanyaan kritis, seperti “Ketika peseluncur akan berbelok, apakah mereka harus melambat terlebih dulu atau tidak? Apakah mereka harus berbelok di tikungan besar atau tikungan kecil?”, dan menyimpulkan bahwa model ini dapat memberikan jawaban.
Model ini disesuaikan untuk tiap peseluncur. Dengan memasukkan data tinggi badan, postur seluncur, konsumsi energi otot, sudut ayunan lengan dan kaki mereka ke dalam model ini, rencana pendistribusian energi yang optimal dapat dihasilkan.
“Berkat pendekatan pelatihan yang ilmiah, ada peningkatan kecepatan 10 persen dalam perlombaan seluncur cepat biasa,” papar Ke.
Ke juga membawa “senjata rahasia” ke arena seluncur, yaitu sebuah mesin turbofanmini, sejenis mesin jet air-breathingyang banyak digunakan dalam propulsi pesawat.
Mesin turbofantersebut memberikan daya dorong bagi peseluncur yang memakainya.
Selama latihan, para peseluncur cenderung melambat tanpa sadar saat meluncur dengan kecepatan tinggi, yang menghalangi mereka menguasai keahlian tersebut dalam kecepatan tinggi.
Pada perlombaan berjarak 80 meter, turbofanitu dapat meningkatkan kecepatan meluncur dari 8 meter per detik menjadi 13 meter per detik, kata Ke, menambahkan bahwa dorongan eksternal memungkinkan peseluncur untuk memahami bagaimana mengendalikan tubuh mereka dalam kecepatan tinggi.
Temuan Ke tersebut telah digunakan dalam ski alpen, halfpipe, dan ski gaya bebas.
“Saya bangga dapat turut berperan dalam pelatihan atlet negara kami untuk Olimpiade Musim Dingin Beijing, terutama ketika saya terinspirasi oleh teknologi penerbangan,” tutur Ke. [Xinhua]