KOLOMBO – Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) pada Kamis (20/5) mengungkapkan pemulihan ekonomi negara itu terganggu oleh gelombang ketiga infeksi COVID-19 yang sedang berlangsung.
“Perekonomian Sri Lanka, yang mengalami rebound terutama di paruh kedua 2020 dan awal 2021 sebagaimana ditunjuk sejumlah indikator, kembali terganggu akibat munculnya gelombang ketiga pandemi COVID-19 dan sejumlah tindakan pencegahan terkait, termasuk isolasi,” kata CBSL dalam tinjauan kebijakan moneter bulanannya.
Lebih lanjut, CBSL menyebut bahwa dampak dari gelombang ketiga ini diperkirakan bakal lebih rendah dibanding dua gelombang sebelumnya, berkat pembatasan yang selektif dan program vaksinasi yang sedang berlangsung. Sementara itu, dukungan fiskal dan moneter untuk pemulihan tetap dipertahankan.
Bank sentral tersebut juga mengatakan akan mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif di tengah gelombang ketiga infeksi, sementara tingkat inflasi terjangkar dengan baik. Standing Deposit Facility (SDFR) dan Standing Lending Facility Rate (SLFR) masing-masing akan tetap berada di level 4,50 persen dan 5,50 persen.
Menurut CBSL, penerapan kebijakan moneter akomodatif berhasil meningkatkan penyaluran kredit ke sektor-sektor swasta selama kuartal pertama 2021. [Xinhua]