VIENTIANE – Para teknisi saat ini tengah sibuk membuat sentuhan akhir pada Terowongan Persahabatan Jalur Kereta China-Laos, terowongan lintas perbatasan yang menghubungkan Mohan di Provinsi Yunnan, China barat daya, dengan Boten di Laos utara, mengingat jalur kereta tersebut ditargetkan mulai beroperasi pada Desember mendatang.
Memiliki total panjang 9.595 meter, termasuk 2.425 meter di antaranya yang berada di wilayah Laos, terowongan ini diberi nama Terowongan Persahabatan untuk menunjukkan persahabatan baik yang telah terjalin lama antara China dan Laos.
Selama pembangunannya, yang dilakukan oleh China Railway No. 2 Engineering Group (CREC-2), sepasang mentor dan anak didik masing-masing mengebor dari kedua sisi terowongan dan bersaing dalam kemajuan dan kualitas.
Pan Fuping, sang mentor yang berusia 50 tahun, memimpin sebuah tim untuk mengebor terowongan dari sisi China, sementara Bai Xiaoke, anak didik Pan di CREC-2, mengebor dari sisi Laos.
Setelah hampir 30 tahun bekerja di garis depan, Pan telah terbiasa hidup di lingkungan alam liar saat bekerja di terowongan dan di sepanjang tepi sungai. Pada pukul 05.00 di hari kerja normal, dia memakai masker, helm, rompi reflektif, sepatu tahan air, membawa senter, dan pergi untuk memeriksa pekerjaan di terowongan tersebut.
Bai dihadapkan dengan masalah yang serius. Di kedalaman pegunungan di Laos utara, terowongan tersebut bertemu lapisan garam dengan ketebalan lebih dari 100 meter dan salinitas lebih dari 80 persen, situasi langka yang sangat mengancam keamanan struktur terowongan tersebut.
Huang Hong, Manajer Umum CREC China-Laos Railway Project Headquarters di Vientiane, sebelumnya pada bulan ini mengatakan kepada Xinhua bahwa situasi lapisan garam di Terowongan Persahabatan tersebut merupakan yang pertama dari jenisnya dalam dunia teknik global dan belum pernah ditemui oleh tim konstruksi lainnya.
“Namun, dengan upaya bersama CREC-2 dan sejumlah lembaga penelitian ilmiah China, kesulitan itu akhirnya dapat diatasi,” katanya.
“Garam menyerap air, kemudian larut atau mengkristal, dan kristalisasi tersebut lantas mengembang, yang berdampak menekan struktur kita. Begitu lapisan garam larut, akan timbul lubang-lubang yang dapat menyebabkan struktur melesak, dan itu sangat berbahaya bagi keseluruhan struktur,” ujar Bai.
Guna memastikan keberlanjutan proyek, Bai tidak hanya berkonsultasi dengan para ahli, tetapi juga mempelajari situasinya sendiri. “Tanpa pengalaman untuk referensi, kita lakukan penelitian kita sendiri,” tuturnya kepada rekan-rekannya.
Tentunya, tim peneliti Bai melibatkan sang mentor, Pan. Selama konstruksi, Pan dan Bai melakukan panggilan video secara berkala untuk saling mengabarkan kemajuan teknis mereka dan mendiskusikan masalah yang mereka temui.
Pada September 2020, setelah kerja keras selama lebih dari 1.500 hari oleh 1.200 lebih insinyur China dan Laos, Terowongan Persahabatan tersebut berhasil dibor, meletakkan dasar yang kokoh untuk pembukaan Jalur Kereta China-Laos.
Karena pembatasan terkait COVID-19, Pan dan Bai tidak dapat saling berpelukan pada hari itu.
“Ini sangat disayangkan, tetapi tidak apa-apa, pelukan yang tertunda itu dapat dilakukan di dalam kereta saat Jalur Kereta China-Laos resmi beroperasi nanti,” kata Pan kepada Bai dalam panggilan video baru-baru ini.
Akan tetapi, harapan itu juga tidak akan terwujud. “Saya baru saja tiba di Tibet untuk bergabung dengan pembangunan Jalur Kereta Sichuan-Tibet,” jawab Bai.
Kepada wartawan, Bai mengatakan bahwa mentornya hanya berpesan agar dia “terus melakukan pekerjaan dengan baik.”
“Ini bukan hanya sekadar harapannya, tetapi juga kekagumannya terhadap saya, karena dia pasti sangat ingin bergabung dengan saya di dataran tinggi (untuk pembangunan jalur kereta).”
“Penamaan Terowongan Persahabatan melambangkan persahabatan yang mendalam antara kedua bangsa (China dan Laos),” ujar Wang Xiaodong, Manajer Eksekutif Proyek Terowongan Persahabatan CREC-2, kepada Xinhua pada Senin (18/10).
“Membangun Jalur Kereta China-Laos menjadi proyek landmark dari Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra dan persahabatan China-Laos telah lama menjadi konsensus pembangun kami dengan CREC-2, dengan Bai Xiaoke dan mentornya tak terkecuali,” kata Wang.
Jalur Kereta China-Laos adalah proyek kolaborasi antara Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra yang diusulkan China dan strategi Laos untuk bertransformasi dari negara yang terkurung daratan menjadi sebuah pusat yang terhubung oleh daratan.
Jalur kereta penumpang dan kargo dengan tenaga listrik tersebut dibangun dengan penerapan penuh standar manajemen dan teknis China. Pembangunan proyeknya dimulai pada Desember 2016 dan dijadwalkan rampung serta dibuka untuk lalu lintas pada Desember 2021 mendatang. [Xinhua]