MOSKOW – Pernyataan seorang pejabat Prancis yang tidak mengakui vaksin COVID-19 Rusia dan China adalah “sebuah perpaduan rasisme, hegemonisme kekaisaran, dan neo-Nazisme,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia.
Menteri Luar Negeri Prancis untuk Urusan Eropa Clement Beaune menyampaikan pernyataan tersebut kepada anggota Uni Eropa pada pekan ini, komentar yang sangat tidak pantas dan bertentangan dengan hukum, etika, dan moralitas, kata Maria Zakharova di saluran Telegramnya.
“Sangat mengejutkan bahwa negara-negara Barat dengan darah dingin, sinisme, dan kekejaman berjuang demi keuntungan dalam periode kesulitan umat manusia melawan pandemi,” tulisnya.
Menurut Kementerian Luar Negeri China pada Jumat (9/7), China telah menyediakan 500 juta dosis vaksin COVID-19 dan konsentrat untuk lebih dari 100 negara dan organisasi internasional, yang merupakan seperenam dari produksi vaksin COVID-19 global saat ini.
China juga secara aktif mendukung negara berkembang lainnya dalam memproduksi vaksin untuk memperluas kapasitas vaksin global, kata kementerian tersebut. [Xinhua]