SEOUL – Seorang wanita lanjut usia Korea Selatan (Korsel), yang dipaksa menjadi budak seks di rumah bordil militer Jepang selama era Perang Dunia II, meninggal pada usia 92 tahun, membuat jumlah korban yang masih hidup di negara itu menjadi 14 orang, kata sebuah kelompok sipil pada Senin (3/5).
Wanita itu, yang diidentifikasi hanya dengan nama belakangnya Yoon, meninggal pada Minggu (2/5) sekitar pukul 22.00 waktu setempat di Seoul, menurut Dewan Korea untuk Keadilan dan Peringatan untuk Masalah Perbudakan Seks Militer Jepang, sebuah kelompok sipil bagi para mantan budak seks yang secara halus disebut “comfort women” atau wanita penghibur itu.
Yoon, lahir di Provinsi Chungcheong Utara pada 1929, dibawa paksa ke Jepang pada 1941 setelah melawan tentara Jepang yang menyerang kakeknya.
Dia dipaksa bekerja di sebuah perusahaan tekstil di Shimonoseki selama sekitar tiga tahun, sebelum dibawa ke Hiroshima tempat dia mengalami perbudakan seksual.
Setelah pembebasan Semenanjung Korea dari penjajahan Jepang tahun 1910-1945, Yoon kembali ke kota pelabuhan Busan di Korea Selatan dan tinggal selama sisa hidupnya di kota itu dengan tubuh dan pikiran yang terluka parah, papar kelompok advokasi tersebut.
Dia terdaftar di pemerintah Korea Selatan sebagai salah satu korban perbudakan seks era perang pada 1993, dan sejak saat itu mengabdikan dirinya menjadi pembela para wanita penghibur yang menjadi korban.
Dengan kematiannya, jumlah korban yang masih hidup di Korea Selatan kian menyusut menjadi 14 dari 240 orang yang secara resmi terdaftar di pemerintah.
Menurut para sejarawan, sebanyak 400.000 wanita dari negara-negara Asia dipaksa, ditipu, atau diculik ke dalam perbudakan seks di rumah pelacuran militer Jepang sebelum dan selama Perang Pasifik. [Xinhua]