JAKARTA – Setiap tahun pada Festival Musim Semi, atau Tahun Baru Imlek, salah satu cara perayaannya dapat terlihat di kota-kota Indonesia, yaitu tari barongsai. Namun, tarian ini dapat memiliki makna yang lebih besar dan terkadang mengubah hidup Anda.
LILY HAMBALI, Pembuat kostum tari barongsai:
“Nama saya Lily Hambali. Umur 50 tahun. Pekerjaan pembuat (kostum) barongsai dan liong.”
Hambali sudah menyukai tari barongsai semenjak dia masih kecil.
“Awalnya, pertama kita main dulu. Biasanya kalau main pasti ada yang rusak atau bagaimana. Dari situ, kita coba memperbaiki. Oleh ketua kita disuruh membuat (kostum), sampai sekarang. Akhirnya kita menjadi pembuat barongsai. Sejak tahun 2000 sampai sekarang kita tetap main. Istri (saya) orang Bengkulu. (Kenal dengannya) gara-gara main di sana.”
Tari barongsai sangat populer di Indonesia sehingga kerap ditampilkan dalam berbagai acara, tak hanya Tahun Baru Imlek.
Kadang-kadang kita main di mal, di hotel, tergantung panggilan juga. Kadang-kadang, misalkan acara pernikahan, acara pembukaan bank, atau bagaimana. Kadang-kadang, ada seni dan pawai budaya. Kita kadang-kadang suka tampil. Tergantung acaranya saja.”
“Mungkin akrobatiknya, ya? Jadi, ibaratnya barongsai ini singa. Jadi, kita mainnya seperti gerakan singa, seperti cara makannya, gaya tidurnya.”
Tidak mudah membuat kostum singa atau naga. Proses ini setidaknya membutuhkan empat langkah, yaitu membuat bingkai dengan rotan, menambahkan lapisan kain dan kertas, mengecat setelah lemnya kering, dan menghias dengan bulu-bulu dan aksesori. Mungkin perlu waktu sekitar satu pekan untuk menyelesaikannya.
“Yang paling sulit adalah pembuatan rangka. Awalnya kita harus teliti. Kiri kanannya harus diukur. Jangan sampai ada kemiringan. Itu saja yang prosesnya agak lama dan sulit. Kita memakai bahan impor hampir sekitar 70 persen, semua dari China.”
Hambali biasa menjual kostumnya kepada klien-klien dari dalam dan luar negeri. Pandemi telah mengganggu sanggarnya dan dia hanya menerima beberapa pesanan tahun ini. Kini, Hambali hanya menerima pesanan dari Indonesia, namun dia tetap optimistis.
“Barongsai ini tidak bisa ditarget sebulan (jual) berapa. Kita mengalir saja. Misalnya, ada pesanan sekarang, belum beres, ada lagi. Jadi, kita menambah persaudaraan. Kita jadi banyak saudara, jadi banyak teman dari mana-mana. Tadinya kita tidak tahu daerah lain, (sekarang) kita jadi tahu. Senangnya di situ saja, kita jadi banyak hubungan, perkenalan.”
“Ke depannya, barongsai ini sudah masuk ke cabang olahraga untuk dipertandingkan. Sudah masuk pertandingan dunia, nasional, PON, sudah disiapkan. Jadi, harapan kita untuk pemain barongsai, giat-giat berlatih saja, kita cari prestasi. Siapa tahu dari situ kita bisa ke jenjang dunia, pertandingan dunia.”
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Jakarta. (XHTV)