JUDUL: Ribuan orang kehilangan tempat tinggal di Kenya akibat bencana banjir
SHOOTING TIME: 26 April 2024
DATELINE: 28 April 2024
DURASI: 00:06:11
LOKASI: Nairobi
KATEGORI: MASYARAKAT
SHOTLIST:
1. Berbagai cuplikan banjir dan rumah-rumah rusak
2. STANDUP (Bahasa Inggris): RUTH WANGARA, Reporter Xinhua
3. Berbagai cuplikan banjir dan warga setempat
4. SOUNDBITE 1 (Bahasa Inggris): DICKSON MAKASI, Warga setempat
5. Berbagai cuplikan banjir dan warga setempat
6. SOUNDBITE 2 (Bahasa Inggris): DOWNLYNE ANGELA, Warga setempat
7. Berbagai cuplikan banjir dan warga setempat
8. SOUNDBITE 3 (Bahasa Inggris): SOSPETER ANDURU, Anggota Majelis County, Lucky Summer
9. Berbagai cuplikan warga setempat di tempat penampungan
STORYLINE:
Kenya dilanda hujan lebat yang menyebabkan banjir yang mengimbas 34 countydi negara Afrika Timur tersebut. Menurut laporan Palang Merah Kenya, jumlah korban tewas setidaknya 70 orang, dan angka itu diperkirakan akan meningkat dalam beberapa hari mendatang seiring dengan terus berlanjutnya hujan lebat.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa sekitar 12.000 orang telah mengungsi dan sekitar 130.000 rumah tangga terdampak di seluruh negara itu. Dampak banjir sangat dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di tepi sungai dan daerah-daerah padat penduduk.
STANDUP (Bahasa Inggris): RUTH WANGARA, Reporter Xinhua
“Ini adalah Mathare, salah satu daerah kumuh terbesar di Nairobi, ibu kota Kenya. Seperti yang Anda lihat di belakang saya, ini adalah salah satu tempat yang terdampak parah oleh banjir yang sedang berlangsung. Dua hari yang lalu, terjadi hujan lebat yang menyebabkan banyak rumah di sini terendam banjir. Tepat di sebelah saya, seperti yang Anda lihat, ada sungai Nairobi, salah satu sungai terpanjang di negara ini. Banyak orang di daerah kumuh ini, karena situasinya, mendirikan bangunan di dekat sungai dan banyak di antaranya yang akhirnya hanyut. Pemerintah dan Palang Merah mencatat sedikitnya 13 orang meninggal akibat banjir yang melanda kawasan kumuh ini.”
Dickson Makasi, salah satu warga Mathare yang terlihat berusaha membangun kembali rumahnya, mengatakan kepada Xinhua bahwa mereka harus menyaksikan sebagian rumah mereka hanyut sembari berjuang demi keselamatan agar tidak tenggelam.
SOUNDBITE 1 (Bahasa Inggris): DICKSON MAKASI, Warga setempat
“Saya sudah lama tinggal di sini. Saya belum pernah melihat banjir yang sebesar kemarin. Bahkan, kami sangat frustrasi, karena dua kamar saya di sini tersapu banjir dan saat ini kami tidak memiliki apa pun. Saya punya anak. Untungnya, anak-anak saya tidak ada di sini. Saya tinggal di sini bersama istri saya yang penyandang disabilitas. Sekarang saya mengamankan istri saya yang penyandang disabilitas di atap rumah untuk evakuasi, ini terasa sangat sulit.”
Dowlyne Angela dan keluarganya yang juga tinggal di area sekitar menceritakan pengalamannya kepada Xinhua.
SOUNDBITE 2 (Bahasa Inggris): DOWNLYNE ANGELA, Warga setempat
“Saya berumur 18 tahun. Saya tinggal bersama ibu dan ayah saya, dan saya mempunyai empat saudara, satu saudara laki-laki dan tiga saudara perempuan. Kami terdampak. Seperti yang Anda lihat, ini adalah rumah kami. Saat ini airnya sudah surut namun tingginya sempat mencapai pinggang saya, jadi sulit untuk berjalan, apa lagi melakukan sesuatu. Sebagian besar tempat tidur kami, barang-barang kami terendam air. Kami sulit bertahan hidup. Kami hanya tidur di atap saja, berusaha tetap terjaga karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.”
Para korban banjir telah dievakuasi ke sekolah-sekolah terdekat yang diubah menjadi pusat penyelamatan. Pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat mengatakan perempuan dan anak-anak terdampak paling parah. Pusat penyelamatan itu mengontrol penyediaan makanan dan air.
SOUNDBITE 3 (Bahasa Inggris): SOSPETER ANDURU, Anggota Majelis County, Lucky Summer
“Sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Saat ini ada beberapa dari mereka yang sedang sakit, akibat cuaca dan banjir, lantaran beberapa dari mereka tidak mau datang ke tempat tersebut. Jadi kami harus membawa mereka keluar. Namun kebanyakan dari mereka menderita penyakit dan semua tempat tidur mereka tersapu banjir.”
Pemerintah Kenya pada Jumat (26/4) mengumumkan telah menyiapkan sekitar 38,5 juta dolar AS (1 dolar AS = Rp16.222) untuk merespons bencana tersebut.
Negara-negara lain yang terdampak di kawasan ini adalah Tanzania dan Burundi.
Koresponden Kantor Berita Xinhua melaporkan dari Nairobi.
(XHTV)