China adalah kontributor dalam pembangunan global, kata Wang, seraya menambahkan bahwa China berupaya membangun sistem keterbukaan berstandar tinggi serta menjaga keamanan dan stabilitas rantai pasokan dan industri global.
Seraya menyebutkan bahwa China adalah mitra dagang utama bagi lebih dari 130 negara dan kawasan, Wang mengatakan bahwa China memiliki kontribusi sebesar sekitar 30 persen dari pertumbuhan global tahunan dan merupakan mesin penggerak ekonomi global terbesar.
China juga merupakan partisipan aktif dalam tata kelola global dan kerja sama Selatan-Selatan, tutur Wang. Dia juga mengatakan bahwa China membentuk Dana Perwalian Perdamaian dan Pembangunan China-PBB dan Dana Pembangunan Global dan Kerja Sama Selatan-Selatan. China memberikan bantuan pembangunan ke lebih dari 160 negara yang membutuhkan, dan memperpanjang periode untuk lebih banyak pembayaran layanan utang yang harus dibayarkan oleh negara-negara berkembang dibanding negara anggota G20 lainnya.
Lebih lanjut, Wang menuturkan bahwa China adalah pelindung tatanan internasional karena negara itu selalu dengan tegas menjaga tujuan dan prinsip Piagam PBB dan peran sentral PBB dalam sistem internasional, serta tatanan internasional berdasarkan hukum internasional.
China terlibat dalam urusan multilateral di semua bidang dan merupakan anggota dari hampir semua organisasi antarpemerintah universal serta menjadi bagian di lebih dari 600 konvensi internasional, papar Wang. Dia juga menambahkan bahwa China menandatangani lebih dari 27.000 perjanjian bilateral dan memenuhi kewajiban internasionalnya dengan iktikad baik.
China akan terus berbicara atas nama negara-negara berkembang lainnya, membantu mereka mengatasi kesulitan, dan sepenuhnya mendukung upaya dalam meningkatkan keterwakilan dan suara negara-negara berkembang dalam urusan internasional, tambah Wang.
China adalah penyedia barang publik, imbuhnya. Dalam menghadapi COVID-19, China melakukan upaya maksimal untuk memajukan dan terlibat dalam kerja sama global untuk memerangi pandemi, dan melakukan yang terbaik untuk menyediakan pasokan antipandemi dan membagikan praktik-praktik yang dilakukannya dalam memerangi virus tersebut, kata Wang.
China adalah salah satu negara pertama yang berjanji akan menjadikan vaksin COVID-19 sebagai barang publik global dan mendukung penghapusan hak kekayaan intelektual pada vaksin itu, papar Wang, menambahkan bahwa China memasok lebih dari 2,2 miliar dosis vaksin ke lebih dari 120 negara dan organisasi internasional.
Anggota Dewan Negara sekaligus Menteri Luar Negeri China Wang Yi berpidato dalam Debat Umum Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-77 di markas besar PBB di New York pada 24 September 2022. (Xinhua/Li Rui)
Saat merespons tantangan berat yang dihadapi pembangunan global, Presiden Xi mengusulkan untuk memajukan kerja sama Sabuk dan Jalur Sutra yang berkualitas tinggi, inisiatif yang secara luas didukung oleh masyarakat internasional, tutur Wang. Dia menambahkan bahwa China menandatangani dokumen kerja sama dengan 149 negara dan 32 organisasi internasional, serta membentuk Bank Investasi Infrastruktur Asia dan Dana Jalur Sutra.
China juga berperan sebagai mediator dalam masalah-masalah krusial, kata Wang. Sebagai negara besar yang bertanggung jawab, China berusaha untuk mengeksplorasi dan mempraktikkan cara dengan karakteristik China untuk menyelesaikan masalah-masalah krusial. Dengan tetap berpegang pada prinsip noninterferensi dalam urusan domestik pihak lain dan menghormati keinginan dan kebutuhan negara-negara terkait, China berusaha membantu menyelesaikan berbagai masalah krusial dengan cara yang konstruktif, tuturnya.
Berkenaan dengan masalah Taiwan, Wang menekankan bahwa sejak zaman kuno, Taiwan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari wilayah China.
Kedaulatan dan integritas teritorial China tidak pernah luntur, dan fakta bahwa China Daratan dan Taiwan adalah milik China tidak pernah berubah, katanya.
Seluruh masyarakat China tidak pernah menghentikan upaya mereka untuk mewujudkan reunifikasi China, imbuhnya.
Prinsip Satu China, kata Wang, menjadi norma dasar dalam hubungan internasional dan konsensus umum masyarakat internasional.
Di aula agung itu 51 tahun yang lalu, Majelis Umum PBB mengadopsi Resolusi 2758 dengan suara mayoritas, yang memutuskan untuk mengembalikan kedudukan sah Republik Rakyat China di PBB dan mengeluarkan “perwakilan” otoritas Taiwan dari posisi yang mereka duduki secara tidak sah, kenang Wang.
Resolusi 2758 menyelesaikan isu representasi seluruh China, termasuk Taiwan, secara politik, hukum, dan prosedural di PBB dan lembaga-lembaga internasional, dan resolusi tersebut sepenuhnya memblokir segala upaya yang dilakukan oleh pihak atau negara mana pun untuk menciptakan “Dua China” atau “Satu China, Satu Taiwan,” kata Wang.
China akan terus berusaha untuk mewujudkan reunifikasi damai dengan ketulusan dan upaya terbesar, ujarnya, seraya menambahkan bahwa untuk mencapai tujuan ini, China harus memerangi berbagai aktivitas separatis “kemerdekaan Taiwan” dengan tekad yang paling kuat dan mengambil langkah paling tegas untuk menolak campur tangan kelompok-kelompok eksternal.
Setiap skema untuk mencampuri urusan dalam negeri China pasti akan ditentang keras oleh seluruh rakyat China, dan setiap langkah untuk menghalangi tujuan reunifikasi China pasti akan dihancurkan oleh roda sejarah, tambahnya.
Anggota Dewan Negara sekaligus Menteri Luar Negeri China Wang Yi berpidato dalam Debat Umum Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-77 di markas besar PBB di New York pada 24 September 2022. (Xinhua/Wang Ying)
Sementara itu, Wang mengatakan China sepenuhnya menerapkan filosofi pembangunan baru yang melibatkan pembangunan inovatif, terkoordinasi, ramah lingkungan, dan terbuka untuk semua, dan bahwa China sedang mengejar pembangunan berkualitas tinggi dan mengembangkan paradigma pembangunan baru.
China akan menikmati pembangunan yang berkelanjutan dan sehat, menyambut prospek yang lebih cerah, dan mewujudkan lebih banyak keajaiban luar biasa, tuturnya.
Mengingat China memiliki seperlima dari total populasi global, langkahnya menuju modernisasi memiliki makna yang penting dan luas bagi dunia, kata Wang.
Jalur yang ditempuh China adalah jalur perdamaian dan pembangunan, bukan jalur penjarahan dan kolonialisme; jalur kerja sama yang saling menguntungkan, bukan bentuk permainan menang atau kalah (zero-sum game); serta jalur keselarasan antara manusia dan alam, bukan eksploitasi sumber daya yang destruktif, papar Wang.
Dia menambahkan bahwa China akan terus memberikan masukan dalam pertemuan itu guna mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi pembangunan manusia, dan memberikan kontribusinya untuk menciptakan bentuk baru kemajuan manusia.
Partai Komunis China akan menggelar Kongres Nasional ke-20 di Beijing bulan depan, kata Wang, seraya menambahkan bahwa sebagai respons atas harapan semua rakyat China, kongres ini akan menetapkan tujuan dan tugas yang disusun dengan baik untuk pembangunan China dalam lima tahun mendatang dan seterusnya, dan bahwa CPC akan menyusun rencana menyeluruh untuk pembangunan China di masa depan.
Setelah mencapai titik awal sejarah baru, China akan menyusuri jalur China menuju modernisasi untuk mewujudkan peremajaan bangsa China, menurut Wang.
Menurut Wang, China akan bekerja sama dengan negara-negara lain untuk mengerahkan segala upaya guna mewujudkan perdamaian dan pembangunan, memikul tanggung jawab untuk solidaritas dan kemajuan, membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia, dan menyambut dunia yang lebih baik.
Pada kesempatan tersebut, Wang juga mengumumkan bahwa China memutuskan untuk meluncurkan prosedur domestiknya guna meratifikasi Protokol Senjata Api PBB, sebuah langkah yang akan berkontribusi terhadap upaya memperkuat kerja sama global dalam pengendalian senjata dan menutup defisit keamanan.
Pada hari yang sama, Wang juga menggelar pertemuan dengan presiden Sidang Majelis Umum PBB ke-77 dan para menteri luar negeri Maladewa, Mesir, Aljazair, Gabon, Guinea Khatulistiwa, dan Kosta Rika secara terpisah. [Xinhua]